Miroslav Janu, Head Coach Arema Indonesia
Berbincang pagi dengan seorang nawak setelah membaca salah satu berita di Malang Post yang berisi wawancara reporter dengan pelatih Arema Miroslav Janu, dimana kompetisi Liga Primer Indonesia (LPI) yang telah bergulir sejak 8 Januari 2011. Namun, meskipun telah berjalan, LPI masih terus bergerilya untuk membujuk team kebanggaan kita Arema Indonesia maupun menggembosi satu demi satu pemainnya untuk di bujuk bergabung dalam kompetisi dadakan tersebut.
Berikut adalah petikan wawancara tersebut :
Malang Post (MP): Anda dikabarkan juga akan keluar dari Arema dan ikut LPI?
Miroslav Janu (MJ) : Soal saya mau gabung LPI itu tidak benar. Saya tidak ada kontrak dengan LPI. Saya sudah ada komitmen untuk bersama Arema. Saya sudah janji disini, saya mau ikut kontrak selama satu tahun. Soal nanti, lihat nanti, sekarang saya pelatih Arema, saya terus motivasi pemain untuk latihan, dan harus kerja keras. Saya mau kerja untuk Arema, tapi saya tidak bisa garansi Arema untuk juara, saya hanya garansi saya kerja keras untuk Arema, ini pekerjaan saya. Saya sudah deal dengan Arema, saya tidak lihat uang dulu, kalau sekarang ada LPI yang lebih banyak uang, ini resiko pelatih, saya dapat kontrak dan saya kerja ini untuk Arema. Mungkin ada pelatih yang lebih banyak uang, silahkan saja. Saya sudah deal dengan Arema, dan saya percaya Arema. Arema bisa saja pecat saya, ini resiko pelatih, kenapa tidak.
MP : Bagaimana dengan Njanka yang dikabarkan ikut LPI?
MJ : Saya bicara fair, saya tidak bisa lihat dalam kepala pemain. Mungkin sudah ada pemain yang mulai pikir untuk ganti tim, saya tidak mau bicara soal lain, seperti Njanka. Kalau saya tahu dulu, saya tidak akan mainkan Njanka saat lawan Persija.
MP: Bagaimana kalau ada pemain lain yang mau keluar dan ikut LPI?
MJ: Ada banyak pemain yang mau tetap disini dan mau kerja untuk Arema. Ya mungkin ada pemain yang pikir, LPI tidak usah banyak latihan. Saya lihat dua pertandingan LPI, ini mungkin kualitas Divisi I, ya kalau mau ikut LPI, bisa tidak usah latihan keras, karena mungkin sudah lihat umur, pemain bisa kontrak tiga tahun, bisa hidup enak, dan tidak usah latihan keras, dan bisa banyak uang, silahkan! Tapi kalau lihat sport, pemain seperti (Irfan) Bachdim, harus main di Liga Super, ya kalau mau karir bagus, masuk timnas, tidak bisa di LPI. Mungkin dia di LPI bisa top score, tapi di Liga Super susah. Di LPI dia bisa cetak gol terus, tapi kualitas kompetisi beda. Kompetisi LPI ini biasa, semua bisa masuk. Saya tidak marah, semua pemain urus mereka sendiri, mau LPI atau mau Liga Super. Kalau ada pemain Arema yang mau ikut LPI, harus datang dan bicara dulu. Datang pada saya, bilang mau ikut LPI, dan tidak suka Arema, silahkan. Tapi harus bicara dulu. LPI terus kejar Arema dan pemain Arema karena LPI tahu Arema ada problem uang.
MP : Anda tidak suka LPI?
MJ : Saya tidak ada problem suka LPI atau tidak, saya hanya lihat dari TV. Saya tidak pikir banyak soal LPI. Menurut saya, tim besar besar seperti PSM, harusnya ikut kompetisi Liga Super, kompetisi paling bagus. Saya tahu orang Makassar, hampir semua marah, karena tidak mau PSM main lawan tim kampung. Mereka mau lihat PSM main tim bagus, seperti Persija. Saya tidak mau ikut campur LPI, buat pertandingan LPI, silahkan. Saya tidak tahu nanti, tahun depan ada kerja disini atau tidak, tapi saya sekarang pelatih Arema. Lihat nanti, saya tidak marah soal LPI, silahkan saja.
MP : Sebenarnya menurut Anda, LPI itu bagaimana LPI?
MJ: Sebenarnya dari hitung-hitungan sederhana saja, sekarang ini kompetisi Liga Super sudah ada problem untuk satu tim dapat sekitar 25 pemain berkualitas. Divisi Utama juga problem untuk dapat pemain berkualitas, kalau mau lolos atau main di papan atas. Bisa dihitung. Liga Super ada 15 tim dikali 25 pemain yang bagus, lalu tim Divisi Utama yang ada tiga wilayah, juga problem untuk cari pemain berkualitas. Bisa lihat, banyak tim yang kualitas pemainnya tidak bagus. Ini sudah problem. Sekarang datang 19 tim LPI, yang jumlah pemainnya 20 dampai 25 pemain. Coba dihitung ada berapa pemain berkualitas disitu. Lalu dimana ada kualitas kompetisi? Divisi utama saja sudah ada problem kualitas pemain, sekarang mau buat kompetisi baru. Mungkin hanya ada Persema, Persibo dan PSM, tim yang berkualitas. Nanti juara bisa PSM atau Persema. Ini hitungan sederhana, darimana dapat pemain berkualitas? Apa dari tim Divisi I atau dari kampung! Tapi LPI sudah bicara sepakbola yang berkualitas, saya tidak mengerti. Kalau saya pelatih dan saya ada target main di papan atas, dengan atmosfir kompetisi yang bagus, dan idealnya main Liga Champion, maka saya pilih Liga Super. Pemain harusnya juga sama, Liga Champions ini top class, tidak ada yang lebih dari Liga Champions. Kalau pemain seperti Njanka mau main liga kampung, silahkan. Ini spekulasi uang, bukan sportifitas. Dia tidak mau lihat sport, tidak mau main lawan tim bagus dari Jepang, dan tim Liga Champions lainnya. Mau lihat uang saja. Tapi saya tidak marah, silahkan saja. Pemain yang pilih sendiri. Mungkin karena sudah ada umur, mungkin dapat kontrak bagus, dua atau tiga tahun, saya tidak marah. Silahkan.
Dari petikan wawancara tersebut dapat kita simak bagaimana Miro adalah seorang pelatih yang profesional, dimana dia akan tetap berkomitmen dengan kontrak yang telah ditandanganinya, dan apabila dinilai wanprestasipun, dia akan siap di pecat itu adalah resiko dari seorang profesional. Lebih lanjut, melihat komposisi team dan pemain, Miro lebih melihat LPI adalah sebagai kompetisi kampung yang memiliki bobot kualitas di bawah ISL. Suatu sistem kompetisi yang kurang tepat untuk para pemain yang ingin berkembang dan bermain melawan team-team yang bagus.
Tentang LPI yang terus bergerilya untuk mendapatkan Arema Indonesia maupun para pemainnya dapat kita lihat lebih dikarenakan Arema Indonesia sendiri adalah team yang bagus. Dari segi komposisi pemainnya, mayoritas pemain Arema Indonesia adalah materi team juara ISL 2009-2010. Dilihat dari segi struktur organisasinya dan sumber pendanaan, Arema Indonesia adalah satu dari sedikit sekali team di Indonesia yang sudah benar-benar profesional. Dilihat dari segi basis pendukungnya, dapat kita maklumi jika LPI amat sangat berambisi mendapatkan Arema Indonesia, karena dilihat dari basis pendukungnya Arema Indonesia memiliki basis pendukung atau suporter yang luar biasa, baik dalam segi jumlah maupun loyalitasnya.
Dan bagi LPI yang mengklaim bahwa kompetisi yang dibangun adalah kompetisi yang berbasis Industri, dimana Industri tidak akan bisa berjalan tanpa adanya pasar yang besar, dan dalam dunia Industri Sepakbola, pasar berarti suporter, Industri Sepakbola tidak akan berjalan tanpa adanya dukungan basis suporter yang besar. Itulah yang terjadi pada mayoritas team peserta LPI yang merupakan team yang baru berdiri yang tidak/belum memiliki basis suporter yang besar.
Aremania, sebagai basis suporter Arema Indonesia tidak menjadi besar begitu saja, akan tetapi setelah melalui berbagai tahapan dan proses. Aremania menjadi komunitas yang besar tidak karena Arema Indonesia adalah team kaya yang dimanja dengan gelontoran dana yang besar, tidak pula karena team berplat merah yang dimanja dengan segala fasilitas dan kemudahan. Akan tetapi kedewasaan Aremania adalah karena Arema Indonesia adalah team yang hampir selalu bermasalah dalam segi keuangan yang selalu membutuhkan dukungan dan pengawalan Aremania. Setiap orang yang masuk stadion tanpa tiket berarti adalah memperbesar bencana bagi team. Oleh karena itu, membangun industri sepakbola tiak bisa dilakukan secara serta merta, akan tetapi butuh proses panjang yang harus dilakukan dari bawah, bukan dari atas. (lek)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tak Komen....