Mengenai Saya

Foto saya
Jakarta, DKI, Indonesia
Abdullah Hariri (Hamba Allah yang lembut) demikian bapakku berharap seperti apa aku. Kakekku yang bijakpun tak lupa menyertakan harapannya terhadapku dengan menghadiahkan sebuah nama Moenir (yang bersinar terang). Lahir dan besar di tanah pemberani, dibesarkan oleh seorang penjual minyak tanah yang bijak,menjadi piatu sejak usia 2 tahun, namun tak pernah lepas dari kasih sayang orang tua...

28 Oktober 2008

Dari yang Mencintai menjadi yang di Cintai


Mawlana Jalaludin Rumi

Oleh Mawlana Syaikh Nazim Adil al-Haqqani
( Grandson of Mawlana Rumi )

“Dia adalah, orang yang tidak mempunyai ketiadaan, Saya mencintainya dan aya mengaguminya, Saya memilih jalannya dan Saya memalingkan muka ke jalannya. Setiap orang mempunyai kekasih, dialah kekasih saya, kekasih yang abadi. Dia adalah orang yang Saya cintai, dia begitu indah, oh dia adalah yang paling sempurna. Orang-orang yang mencintainya adalah para pecinta yang tidak pernah sekarat. Dia adalah dia dan dia dan mereka adalah dia. Ini adalah sebuah rahasia, jika kalian mempunyai cinta, kalian akan memahaminya.

( Sulthanul Awliya Mawlana Syaikh Nazhim Adil al-Haqqani - Cucu dari Mawlana Rumi, Lefke, Cyprus Turki, September 1998)

————————————–

Rumi memang bukan sekadar penyair, tetapi juga seorang tokoh sufi yang berpengaruh di zamannya. Rumi adalah guru nomor satu Thariqat Maulawiah, sebuah thariqat yang berpusat di Turki dan berkembang di daerah sekitarnya. Thariqat Maulawiah pernah berpengaruh besar dalam lingkungan Istana Turki Utsmani dan kalangan seniman sekitar tahun l648.

Sebagai tokoh sufi, Rumi sangat menentang pendewaan akal dan indera dalam menentukan kebenaran. Di zamannya, ummat Islam memang sedang dilanda penyakit itu. Bagi mereka kebenaran baru dianggap benar bila mampu digapai oleh indera dan akal. Segala sesuatu yang tidak dapat diraba oleh indera dan akal, dengan cepat mereka ingkari dan tidak diakui.

Padahal menurut Rumi, justru pemikiran semacam itulah yang dapat melemahkan Iman kepada sesuatu yang ghaib. Dan karena pengaruh pemikiran seperti itu pula, kepercayaan kepada segala hakekat yang tidak kasat mata, yang diajarkan berbagai syariat dan beragam agama samawi, bisa menjadi goyah.Rumi mengatakan, “Orientasi kepada indera dalam menetapkan segala hakekat keagamaan adalah gagasan yang dipelopori kelompok Mu’tazilah. Mereka merupakan para budak yang tunduk patuh kepada panca indera. Mereka menyangka dirinya termasuk Ahlussunnah. Padahal, sesungguhnya Ahlussunnah sama sekali tidak terikat kepada indera-indera, dan tidak mau pula memanjakannya.”

Bagi Rumi, tidak layak meniadakan sesuatu hanya karena tidak pernah melihatnya dengan mata kepala atau belum pernah meraba dengan indera. Sesungguhnya, batin akan selalu tersembunyi di balik yang lahir, seperti faedah penyembuhan yang terkandung dalam obat. “Padahal, yang lahir itu senantiasa menunjukkan adanya sesuatu yang tersimpan, yang tersembunyi di balik dirinya. Bukankah Anda mengenal obat yang bermanfaat? Bukankah kegunaannya tersembunyi di dalamnya?” tegas Rumi.

PENGARUH TABRIZ

Fariduddin Attar, salah seorang ulama dan tokoh sufi, ketika berjumpa dengan Rumi yang baru berusia 5 tahun pernah meramalkan bahwa si kecil itu kelak akan menjadi tokoh spiritual besar. Sejarah kemudian mencatat, ramalan Fariduddin Attar itu tidak meleset.

Rumi, Lahir di Balkh, Afghanistan pada 604 H atau 30 September 1207. Mawlana Rumi menyandang nama lengkap Jalaluddin Muhammad bin Muhammad al-Balkhi al-Qunuwi. Adapun panggilan Rumi karena sebagian besar hidupnya dihabiskan di Konya (kini Turki), yang dahulu dikenal sebagai daerah Rum (Roma). Ayahnya, Bahauddin Walad Muhammad bin Husein, adalah seorang ulama besar bermadzhab Hanafi. Dan karena kharisma dan tingginya penguasaan ilmu agamanya, ia digelari Sulthanul Ulama. Namun rupanya gelar itu menimbulkan rasa iri pada sebagian ulama lain. Dan mereka pun melancarkan fitnah dan mengadukan Bahauddin ke penguasa. Celakanya sang penguasa terpengaruh hingga Bahauddin harus meninggalkan Balkh, termasuk keluarganya. Ketika itu Rumi baru berusia lima tahun. Sejak itu Bahauddin bersama keluarganya hidup berpindah- pindah dari suatu negara ke negara lain. Mereka pernah tinggal di Sinabur (Iran timur laut). Dari Sinabur pindah ke Baghdad, Makkah, Malattya (Turki), Laranda (Iran tenggara) dan terakhir menetap di Konya, Turki. Raja Konya Alauddin Kaiqubad, mengangkat ayah Rumi sebagai penasihatnya, dan juga mengangkatnya sebagai pimpinan sebuah perguruan agama yang didirikan di ibukota tersebut. Di kota ini pula ayah Rumi wafat ketika Rumi berusia 24 tahun. Di samping kepada ayahnya, Rumi juga berguru kepada Burhanuddin Muhaqqiq at-Turmudzi, sahabat dan pengganti ayahnya memimpin perguruan. Rumi juga menimba ilmu di Syam (Suriah) atas saran gurunya itu. Beliau baru kembali ke Konya pada 634 H, dan ikut mengajar di perguruan tersebut.

Setelah Burhanuddin wafat, Rumi menggantikannya sebagai guru di Konya. Dengan pengetahuan agamanya yang luas, di samping sebagai guru, beliau juga menjadi da’i dan ahli hukum Islam. Ketika itu banyak tokoh ulama yang berkumpul di Konya. Tak heran jika Konya kemudian menjadi pusat ilmu dan tempat berkumpul para ulama dari berbagai penjuru dunia.

Kesufian dan kepenyairan Rumi dimulai ketika beliau sudah berumur cukup tua, 48 tahun. Sebelumnya, Rumi adalah seorang ulama yang memimpin sebuah madrasah yang punya murid banyak, 4.000 orang. Sebagaimana seorang ulama, beliau juga memberi fatwa dan tumpuan ummatnya untuk bertanya dan mengadu. Kehidupannya itu berubah seratus delapan puluh derajat ketika beliau berjumpa dengan seorang sufi pengelana, Syamsuddin alias Syamsi dari kota Tabriz. Suatu saat, seperti biasanya Rumi mengajar di hadapan khalayak dan banyak yang menanyakan sesuatu kepadanya. Tiba-tiba seorang lelaki asing–yakni Syamsi Tabriz–ikut bertanya, “Apa yang dimaksud dengan riyadhah dan ilmu?” Mendengar pertanyaan seperti itu Rumi terkesima. Kiranya pertanyaan itu jitu dan tepat pada sasarannya. Beliau tidak mampu menjawab.

Akhirnya Rumi berkenalan dengan Tabriz. Setelah bergaul beberapa saat, beliau mulai kagum kepada Tabriz yang ternyata seorang sufi. Sultan Salad, putera Rumi, mengomentari perilaku ayahnya itu, “Sesungguhnya, seorang guru besar tiba-tiba menjadi seorang murid kecil. Setiap hari sang guru besar harus menimba ilmu darinya, meski sebenarnya beliau cukup alim dan zuhud. Tetapi itulah kenyataannya. Dalam diri Tabriz, guru besar itu melihat kandungan ilmu yang tiada taranya.”

Rumi telah menjadi sufi, berkat pergaulannya dengan Tabriz. Kesedihannya berpisah dan kerinduannya untuk berjumpa lagi dengan gurunya itu telah ikut berperan mengembangkan emosinya, sehingga beliau menjadi penyair yang sulit ditandingi. Guna mengenang dan menyanjung gurunya itu, beliau tulis syair-syair, yang himpunannya kemudian dikenal dengan nama Divan Syams Tabriz. Beliau bukukan pula wejangan-wejangan gurunya, dan buku itu dikenal dengan nama Maqalat Syams Tabriz.

Rumi kemudian mendapat sahabat dan sumber inspirasi baru, Syaikh Hisamuddin Hasan bin Muhammad. Atas dorongan sahabatnya itu, selama 15 tahun terakhir masa hidupnya beliau berhasil menghasilkan himpunan syair yang besar dan mengagumkan yang diberi nama Masnavi. Buku ini terdiri dari enam jilid dan berisi 20.700 bait syair. Dalam karyanya ini, terlihat ajaran-ajaran tasawuf yang mendalam, yang disampaikan dalam bentuk apologi, fabel, legenda, anekdot, dan lain-lain. Bahkan Masnavi sering disebut Qur’an Persia. Karya tulisnya yang lain adalah Ruba’iyyat (sajak empat baris dengan jumlah 1600 bait), Fiihi Maa fiihi (dalam
bentuk prosa; merupakan himpunan ceramahnya tentang metafisika), dan Maktubat (himpunan surat-suratnya kepada sahabat atau pengikutnya).

Bersama Syaikh Hisamuddin pula, Rumi mengembangkan Thariqat Maulawiyah atau Jalaliyah. Thariqat ini di Barat dikenal dengan nama The Whirling Dervishes (para Darwisy yang berputar-putar). Nama itu muncul karena para penganut thariqat ini melakukan tarian berputar-putar, yang diiringi oleh gendang dan suling, dalam dzikir mereka untuk mencapai ekstase.

WAFATNYA MAWLANA RUMI

Semua manusia tentu akan kembali kepada-Nya. Demikianlah yang terjadi pada Rumi. Penduduk Konya tiba-tiba dilanda kecemasan, karena mendengar kabar bahwa tokoh panutan mereka, Rumi, tengah menderita sakit keras. Meskipun demikian, pikiran Rumi masih menampakkan kejernihannya.

Seorang sahabatnya datang menjenguk dan mendo’akan, “Semoga Allah berkenan memberi ketenangan kepadamu dengan kesembuhan.” Rumi sempat menyahut, “Jika engkau beriman dan bersikap manis, kematian itu akan bermakna baik. Tapi kematian ada juga yang kafir dan pahit.”

Pada tanggal 5 Jumadil Akhir 672 H atau 17 Desember 1273 dalam usia 68 tahun Rumi dipanggil ke Rahmatullah. Tatkala jenazahnya hendak diberangkatkan, penduduk setempat berdesak-desakan ingin mengantarkan kepulangannya. Malam wafatnya beliau dikenal sebagai Sebul Arus (Malam Penyatuan). Sampai sekarang para pengikut Thariqat Maulawiyah masih memperingati
tanggal itu sebagai hari wafatnya beliau.

“SAMA”, Tarian Darwis yang Berputar

Suatu saat Rumi tengah tenggelam dalam kemabukannya dalam tarian “Sama” ketika itu seorang sahabatnya memainkan biola dan ney (seruling), beliau mengatakan, “Seperti juga ketika salat kita berbicara dengan Tuhan, maka dalam keadaan extase para darwis juga berdialog dengan Tuhannya melalui cinta. Musik Sama yang merupakan bagian salawat atas baginda Nabi Sallallahu alaihi wasalam adalah merupakan wujud musik cinta demi cinta Nabi saw dan pengetahuanNya.

Rumi mengatakan bahwa ada sebuah rahasia tersembunyi dalam Musik dan Sama, dimana musik merupakan gerbang menuju keabadian dan Sama adalah seperti electron yang mengelilingi intinya bertawaf menuju sang Maha Pencipta. Semasa Rumi hidup tarian “Sama” sering dilakukan secara spontan disertai jamuan makanan dan minuman. Rumi bersama teman darwisnya selepas solat Isa sering melakukan tarian sama dijalan-jalan kota Konya.

Terdapat beberapa puisi dalam Matsnawi yang memuji Sama dan perasaan harmonis alami yang muncul dari tarian suci ini. Dalam bab ketiga Matsnawi, Rumi menuliskan puisi tentang kefanaan dalam Sama, “ketika gendang ditabuh seketika itu perasaan extase merasuk bagai buih-buih yang meleleh dari debur ombak laut”.

Tarian Sakral Sama dari tariqah Mevlevi Haqqani atau Tariqah Mawlawiyah ini masih dilakukan saat ini di Lefke, Cyprus Turki dibawah bimbingan Mawlana Syaikh Nazim Adil al-Haqqani. Ajaran Sufi Mawlana Syaikh Nazim dan mawlana Syaikh Hisyam juga merambah keberbagai kota di Amerika maupun Eropa, sehingga tarian Whirling Dervishes ini juga dilakukan di banyak
kota-kota di Amerika, Eropa dan Asia di bawah bimbingan Mawlana Syaikh Hisyam Kabbani ar-Rabbani.

Tarian Sama ini sebagai tiruan dari keteraturan alam raya yang diungkap melalui perputaran planet-planet. Perayaan Sama dari tariqah Mevlevi dilakukan dalam situasi yang sangat sakral dan ditata dalam penataan khusus pada abad ke tujuh belas. Perayaan ini untuk menghormati wafatnya Rumi, suatu peristiwa yang Rumi dambakan dan ia lukisakna dalam istilah-istilah yang
menyenangkan.

Para Anggota Tariqah Mevlevi sekarang belajar menarikan tarian ini dengan bimbingan Mursyidnya. Tarian ini dalam bentuknya sekarang dimulai dengan seorang peniup suling yang memainkan Ney, seruling kayu. Para penari masuk mengenakan pakaian putih yang sebagai simbol kain kafan, dan jubah hitam besar sebagai symbol alam kubur dan topi panjang merah atau abu-abu yang menandakan batu nisan.

Akhirnya seorang Syaikh masuk paling akhir dan menghormat para Darwish lainnya. Mereka kemudian balas menghormati. Ketika Syaikh duduk dialas karpet merah menyala yang menyimbolkan matahari senja merah tua yang mengacu pada keindahan langit senja sewaktu Rumi wafat. Syaikh mulai bersalawat untuk Rasulullah saw yang ditulis oleh Rumi disertai iringan musik, gendang, marawis dan seruling ney.

Peniup seruling dan penabuh gendang memulai musiknya maka para darwis memulai dengan tiga putaran secara perlahan yang merupakaan simbolisasi bagi tiga tahapan yang membawa manusia menemui Tuhannya. Pada puatran ketiga Syaikh kembali duduk dan para penari melepas jubah hitamnya dengan gerakan yang menyimbulkan kuburan untuk mengalami ‘ mati sebelum mati”, kelahiran kedua.

Ketika Syaikh mengijinkan para penari menari, mereka mulai dengan gerakan perlahan memutar seperti putaran tawaf dan putaran planet-planet mengelilingi matahari. Ketika tarian hamper usai maka syaikh berdiri dan alunan musik dipercepat. Proses ini diakhiri dengan musik penutup danpembacaan ayat suci Al-Quran.

Rombongan Penari Darwis, secara teratur menampilkan Sama di auditorium umum di Eropa dan Amerika Serikat. Sekalipun beberapa gerakan tarian ini pelan dan terasa lambat tetapi para pemirsa mengatakan penampilan ini sangat magis dan menawan. Kedalaman konsentrasi, atau perasaan dzawq dan ketulusan para darwis menjadikan gerakan mereka begitu menghipnotis. Pada akhir penampilan para hadirin diminta untuk tidak bertepuk tangan karena “Sama” adalah sebuah ritual spiritual bukan sebuah pertunjukan seni.

Pada abad ke 17, Tariqah Mevlevi atau Mawlawiyah dikendalikan oleh kerajaan Utsmaniyah. Meskipun Tariqah Mawlawiyah kehilangan sebagian besar kebebasannya ketika berada dibawah dominasi Ustmaniyah, tetapi perlindungan Sang Raja menungkinkan Tariqah Mawlawi menyebar luas keberbagai daerah dan memperkenalkan kepada banyak orang tentang tatanan musik dan tradisi puisi yang unik dan indah. Pada Abad ke 18, Salim III seorang Sultan Utsmaniyah menjadi anggota Tariqah Mawlawiyah dan kemudian dia menciptakan musik untuk upacara-upacara Mawlawi.

Selama abad ke 19 , Mawlawiyah merupakan salah satu dari sekitar Sembilan belas aliran sufi di Turtki dan sekitar tigapuluh lima kelompok semacam itu dikerajaan Utsmaniyah. Karena perlindungan dari raja mereka, Mawlawi menjadi kelompok yang paling berpengaruh diseluruh kerajaan dan prestasi cultural mereka dianggap sangat murni. Kelompok itu menjadi terkenal di barat., Di Eropa dan Amerika pertunjukkan keliling mereka menyita perhatian public. Selama abad 19, sebuah panggung pertunjukkan yang didirikan di Turki menarik perhatian banyak kelompok wisatawan Eropa yang datang ke Turki.

Pada tahun 1925, Tariqah Mawlawi dipaksa membubarkan diri ditanah kelahiran mereka Turki, setelah Kemal Ataturk pendiri modernisasi Turki melarang semua kelompok darwis lengkap dengan upacara serta pertunjukkan mereka. Pada saat itu makam Rumi di Konya diambil alih pemerintah dan diubah menjadi museum Negara.

Motivasi utama Atatutrk adalah memutuskan hubungan Turki dengan masa pertengahan guna mengintegrasikan Turki dengan dunia modern seperti demokrasi ala barat. Bagi Ataturk tariqah sufi menjadi ancaman bagi modernisasi Turki. Pada saat itulah Syaikh Nazim ق mulai menyebarkan bimbingan spiritual dan mengajar agama Islam di Siprus, Turki.

Hingga saat ini makam Rumi di Konya tetap terpeliharadan dikelola oleh pemerintah Turki sebagai tempatwisata. Meskipun demikian pengunjung yang datang kesana yang terbanyak adalah para peziarah dan bukanwisatawan. Melalui sebuah kesepakatan pemerintahTurki, pada tahun 1953 akhirnya menyetujui tarian“Sama” Tariqah Mawlawi dipeertontonkan lagi di Konya dengan syarat pertunjukan tersebut bersifat culturaluntuk para wisatawan.

Rombongan Darwis juga diijinkan untuk berkelana secara Internasional. Meskipun demikian secara keseluruhan berbagai aspek sufisme tetap menjadi praktek yang illegal di Turki dan para sufi banyak diburu sejak Ataturk melarang agama mereka.

Wa min Allah at Tawfiq

————————————-

Maulana Jalaluddin Rumi, Menari di Depan Tuhan

“AKAN tiba saatnya, ketika Konya menjadi semarak, dan makam kita tegak di jantung kota. Gelombang demi gelombang khalayak menjenguk mousoleum kita, menggemakan ucapan-ucapan kita.”Itulah ucapan Jalaluddin Rumi pada putranya, Sultan Walad, di suatu pagi. Dan waktu kemudian berlayar, melintasi tahun dan abad. Konya seakan terlelap dalam debu sejarah. “Tetapi, kota Anatolia Tengah ini tetap berdiri sebagai saksi kebenaran ucapan Rumi,” tulis Talat Said Halman, peneliti karya-karya mistik Rumi. Kenyataannya memang demikian. Lebih dari 7 abad, Rumi bak bayangan yang abadi mengawal Konya, terutama untuk pada engikutnya, the whirling dervishes, para darwis yang menari. Setiap tahun, dari tanggal 2-17 Desember, jutaan peziarah menyemut menuju Konya. Dari delapan penjuru angin mereka berarak untuk memperingati kematian Rumi, 727 tahun silam.

Siapakah sesungguhnya makhluk ini, yang telah menegakkan sebuah pilar di tengah khazanah keagamaan Islam dan silang sengketa paham? “Dialah penyair mistik terbesar sepanjang zaman,” kata orientalis Inggris Reynold A Nicholson. “Ia bukan nabi, tetapi ia mampu menulis kitab suci,” seru Jami, penyair Persia Klasik, tentang karya Rumi,Matsnawi.

Gandhi pernah mengutip kata-katanya. Rembrandt mengabadikannya dikanvas, Muhammad Iqbal, filsuf dan penyair Pakistan, sekali waktu pernah berdendang, “Maulana mengubah tanah menjadi madu…. Aku mabuk oleh anggurnya; aku hidup dari napasnya.” Bahkan, Paus Yohanes XXIII, pada 1958 menuliskan pesan khusus: “Atas nama dunia Katolik, saya menundukkan kepala penuh hormat mengenang Rumi.”

Besar dalam kembara

Jalaluddin dilahirkan 30 September 1207 di Balkh, kini wilayah Afganistan. Ia Putra Bahauddin Walad, ulama dan mistikus termasyhur, yang diusir dari kota Balkh tatkala ia berumur 12 tahun. Pengusiran itu buntut perbedaan pendapat antara Sultan dan Walad.

Keluarga ini kemudian tinggal di Aleppo (Damaskus), dan di situ kebeliaan Jalaluddin diisi oleh guru-guru bahasa Arab yang tersohor. Tak lama di Damakus, keluarga ini pindah ke Laranda, kota di Anatolia Tengah, atas permintaan Sultan Seljuk Alauddin Kaykobad.

Konon, Kaykobad membujuk dalam sebuah surat kepada Walad, “Kendati saya tak pernah menundukkan kepala kepada seorang pun, saya siap menjadi pelayan dan pengikut setia Anda.” Di kota ini ibu Jalaluddin, Mu’min Khatum, meninggal dunia. Tak lama kemudian, dalam usia 18 tahun, Jalaluddin menikah. 1226, putra pertama Jalaluddin, Sultan Walad, lahir. Setahun kemudian, keluarga ini pindah ke Konya, 100 Km dari Laranda. Di sini, Bahauddin Walad mengajar di madrasah. 1229, anak kedua Jalaluddin, Alauddin, lahir. Dua tahun kemudian, dalam usia 82 tahun, Bahaudin Walad meninggal dunia.

Era baru pun dialami Jalaluddin. Dia menggantikan Walad, dan mengajarkan ilmu-ilmu ketuhanan tradisional, tanpa menyentuh mistik. Setahun setelah kematian ayahnya, suatu pagi, madrasahnya kedatangan tamu, Burhannuddin Muhaqiq, yang ternyata murid terkasih Walad. Dan ketika menyadari sang guru telah tiada, Muhaqiq mewariskan ilmunya pada Jalaluddin. Burhanuddin pun menggembleng muridnya dengan latihan tasawuf yang telah dimatangkan selama 4 abad terakhir oleh para sufi, dan beberapa kali meminta dia ke Damakus untuk menambah lmu. 8 tahun menggembleng, 1240, Burhanuddin kembali ke Kayseri. Jalaluddin Rumi pun menggembleng diri sendiri.

Cinta adalah menari

Tahun 1244, saat berusia 37 tahun, Jalaluddin sudah berada di atas semua ulama di Konya. Ilmu yang dia timba dari kitab-kitab Persia, Arab, Turki, Yunani dan Ibrani, membuat dia nyaris ensiklopedis. Gelar Maulana Rumi (Guru bangsa Rum) pun dia raih. Tapi, di sebuah senja Oktober, sehabis pulang dari madrasah, seseorang yang tak dia kenal, menjegat langkahnya, dan
menanyakan satu hal. Mendengar pertanyaan itu, Rumi langsung pingsan!

Sebuah riwayat mengatakan, orang tak dikenal itu bertanya, “Siapa yang lebih agung, uhammad Rasulullah yang berdoa, ‘Kami tak mengenal-Mu seperti seharusnya’ atau seorang sufi Persia, Bayazid Bisthami yang berkata, ‘Subhani, mahasuci diriku, betapa agungnya kekuasaanku’. Pertanyaan mistikus Syamsuddin Tabriz itu mengubah hidup Rumi. Dia kemudian tak lagi terpisahkan dari Syams. Dan di bawah pengaruh Syams, ia menjalani periode mistik yang nyala, penuh gairah, tanpa batas, dan kini, mulai menyukai musik. Mereka menghabiskan hari bersama-sama, dan menurut riwayat, selama berbulan-bulan mereka dapat bertahan hidup tanpa kebutuhan-kebutuhan dasar manusia, khusuk menuju Cinta Ilahiah.

Tapi hal ini tak lama. Kecemburuan warga Konya, membuat Syams pergi. Dan saat Syams kembali, warga membunuhnya. Rumi kehilangan, kehilangan terbesar yang dia gambarkan seperti kehidupan kehilangan mentari.Tapi, suatu pagi, seorang pandai besi membuat Jalaluddin menari. Pukulan penempa besi itu, Shalahuddin, membuat dia ekstase, dan tanpa sadar mengucapkan puisi-puisi mistis, yang berisi ketakjuban pada pengalaman syatahat. Rumi pun kemudian bersabahat dengan Shalahuddin, yang kemudian menggantikan posisi Syams. Dan era menari pun dimulai Rumi, menari sambil memadahkan syair-syair cinta Ilahi. “Tarian para darwis itulah yang kemudian menjadi semacam bentuk ratapan Rumi atas kehilangan Syams,” jelas Talat.

Sampai meninggalnya, 17 Desember 1273, Rumi tak pernah berhenti menari, kerana dia tak pernah berhenti mencintai Allah. Tarian itu juga yang membuat peringkatnya dalam inisiasi sufi berubah dari yang mencintai jadi yang dicintai. (Aulia A Muhammad)

~ SUARA MERDEKA

Dipetik dari http://groups.yahoo.com/group/gedongpuisi

27 Oktober 2008

Hallowen.....

Kalian pernah mendengar kata hallowen? Memang sebagian orang telah mendengar hallowen itu apa. mMenurut pendapat banyak orang hallowen adalah kebudayaan bangsa eropa untuk memakai kostum yang bertemakan setan pada tanggal 31 oktober. Memang benar cirri khusus hallowen adalah atribut yang dipakai semuanya sangat kental dengan personifikasi symbol setan atau kegelapan. Tempat-tempat yang dijadikan sebagai acara hallowen disulah leh orangorang bangsa eropa menjadi tempat yang angker dan sangar. Tetapi akankah kalian tahu hallowen itu bermulai dari mana ?

Kata hallowen berasal dari kata all hallows eve yang berarti malam mesucikan. Malam sebelum tanggal 31 Oktober dikenal sebagai malamnya orang suci ( Hallowen people ) oleh paus grigorus pada 835 M dan tanggal 1 Novembar diubah menjadi hari arwah orang mati. Kebanyakan orang yang masih hidup biasanya mengunjungi makam dari kerabatnya yang telah mati. Munculnya perayaan hallowen berawal dari bangsa druid dari celtic, Irlandia. Kaum celtic merupakan kaum keturunan bangsa ariya asia yang hijrah ke eropa. Kelompok ini merupakan kelompok yang menyembah dewa matahari khususnya pada tanggal 1 Mei yang disebut Baltone. Penyembahan bukan hanya pada dewa matahari saja tetapi mereka juga menyembah dewa kematian yang dilakukan pada setiap tanggal 31 Oktober. Kedua festival tersebut merupakan festival yang paling ditakuti oeh bangsa druid karena festival tersebut menggunakan darah manusia sebagai persembahannya. Jadi sudah tak dapat dipungkiri lagi bahwa setiap tahun pasti ada manusia yang dipersembahkan. Bangsa celtic mempercayai bahwa malam 31 Oktober dewa kematian berkumpul dengan arwah-arwah jahat yang bergentayangan. Pada malam itu banyak sekali arwah jahat yang bergentayangan dan menakuti penduduk. Bukan hanya itu saja roh tersebut juga berusaha untuk merasuk pada manusia yang masih hidup. Oleh karena itu ketua bangsa druid menyuruh seluruh penduduk mematikan lampu dalam rumah sehingga tubuh mereka menjadi dingin dan roh jahat tidak bisa merasuk ke tubuh mereka.

Untuk saat ini upacara hallowen di dunia barat telah melenceng dari tujuan yang sebenarnya. Upacara yang seharusnya tampak pada prosesi ritual religi yang dilakukan dengan khidmat malah dijadikan menjadi kegiatan hiburan semata yang tak bermakna. Bahkan konon telah menjadi ritual yang berfokus pada darah, pesta seks, pesta narkoba, dan ilmu hitam. Mereka juga beranggapan jika mereka menggunakan kostum mereka akan terhindar/tersamar dari roh-roh jahat yang bergentayangan pada malam itu.

di kutip dari : http://danazero.blogspot.com/2007/11/apakah-hallowen-itu.html

Gamal Al Banna : Relasi Agama dan Negara

Resensi Buku “Relasi Agama dan Negara” karya Gamal Al Banna


Salah satu masalah besar dalam dunia politik Islam adalah apakah mungkin memberlakukan syariat Islam tanpa Negara Islam? Bukankah penerapan syariat Islam dengan sendirinya merupakan pembuka jalan masuk (akses) menuju Negara Islam? Persoalan ini telah menyulut perdebatan di kalangan pemikir politik Muslim sepanjang masa, meski di kalangan politik Muslim modern hampir tidak dijumpai kesepakatan bulat tentang apa sesungguhnya yang terkandung dalam konsep Negara Islam.

Jawaban atas pertanyaan ini telah menimbulkan dua paham antara pendukung konsep Negara Islam dengan penolak tidak ada konsep tentang Negara Islam. Sejarah politik Islam bergulat dalam tarik-menarik dua paham ini. Berkaitan dengan ada atau tidak adanya konsep negara Islam, Gamal al-Banna menggambarkan jejak-jejak sejarah lahirnya apa yang masyhur dengan istilah negara. Sejarah yang bukan hanya diwarnai dengan hubungan yang haromis antara kekuasaan dan ideologi, tetapi juga diliputi oleh banyak konflik dan prasangka antara ideologi (agama) dan kekuasaan (negara).

Dalam kenyataan, sangat mudah terlihat dengan begitu beragamnya sistem negara dan pemerintahan di dunia ini yang mengklaim dirinya sebagai Negara Islam. Namun begitu, secara teoritis, dewasa ini sudah ada berbagai upaya untuk mencoba merumuskan sebuah konsep formal mengenai apa yang dimaksud Negara Islam. Paling tidak telah ada kesepakatan minimal bahwa suatu negara disebut sebagai Negara Islam jika memberlakukan hukum Islam. Dengan kata lain, pelaksanaan hukum Islam merupakan prasyarat formal dan utama bagi eksistensinya Negara Islam.

Sejarah telah mencatat bahwa abad ke-15 hingga 20 merupakan fase ketika Eropa berdiaspora dan menyebar ke dunia Timur dalam rangka imperialisasi dan kolonialisasi. Secara tidak langsung, ekspansi Eropa ini telah memberikan andil terhadap kebangkitan Islam, yaitu membidani lahirnya sederetan tokoh-tokoh pembaharu Islam seperti Rasyid Ridha, al-Maududi, Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Ayatullah Khomeini. Fokus pergerakan mereka tidak hanya menumpaskan penjajahan, tetapi juga mendirikan kerangka atau konsep dasar tentang negara yang dilandasi oleh agama.

Rasyid Ridha, seorang ulama terkemuka di awal abad ke-20, yang dianggap paling bertanggung jawab dalam merumuskan konsep Negara Islam modern, menyatakan bahwa premis pokok dari konsep Negara Islam adalah bahwa syariat merupakan sumber hukum tertinggi. Dalam pandangannya, syariat mesti membutuhkan bantuan kekuasaan untuk tujuan implementasinya, dan adalah mustahil untuk menerapkan hukum Islam tanpa kehadiran Negara Islam. Dengan demikian, dapat dikatakan penerapan hukum Islam merupakan satu-satunya kriteria utama yang amat menentukan untuk membedakan antara suatu negara Islam dengan negara non-Islam.

Sama halnya dengan pandangan al-Maududi yang dianggap sebagai pendiri sistem teodemokrasi menyatakan bahwa Islam sebagai ideologi holistis itu wajib diimplementasikan dalam kehidupan bernegara. Salah satu caranya ialah menggantikan ideologi Barat dengan ideologi Islam. Bagi al-Maududi, pentingnya Islam sebagai ideologi negara karena Islam adalah agama yang menyeluruh dan universal, karena itu Islam adalah sebuah negara Tuhan.

Keadaan ini bukanlah hal baru, sebab sudah sejak awal pergulatan ideologi antara agama dan negara berkecamuk pada masa setelah Rasulullah dan masa kekhalifahan. Pertentangan antara dinasti Muawiyah dan Abbasyiah merupakan bagian penting dalam sejarah yang menghendaki umat Islam dalam satu kesatuan di bawah sistem monarki. Begitu juga yang terjadi sampai berakhirnya masa kekhalifahan Turki 1924 M. Pertanyaan adalah, apakah dinasti-dinasti Islam dalam sejarah itu merupakan representasi dari bentuk Negara Islam?

Relasi Agama dan Negara

Buku Gamal al-Banna ini dapat dikategorikan sebagai buku sejarah yang “menyibak” hubungan antara agama dan negara, yang melihat terutama segi politis, karena itu berbagai kepentingan sosial-politik sangat mewarnai penggambaran konflik kepentingan antara yang menghendaki agama (Islam) sebagai dasar negara dengan kalangan politik Muslim modern yang menolaknya.

Dalam buku ini, Gamal al-Banna menegaskan tesisnya dengan menyatakan bahwa tidak ada satu pun contoh negara Islam yang ideal selain pada masa Madinah al-Munawarah, yang berlangsung hanya dalam waktu 25 tahun. Sepuluh tahun pada masa kenabian, sementara lima belas tahun setelahnya adalah di bawah komando Abu Bakar dan Umar. Setelah itu, yang ada tidak lebih dari bentuk pemerintahan yang ekspansif dan rakus, sampai berakhirnya masa kekhalifahan Turki, termasuk pada masa khalifah Utsman dan Ali karena keduanya tidak mengikuti cara kedua khalifah pendahulunya.

Menurut Gamal al-Banna, tidak ada negara yang disebut-sebut sebagai negara Islam yang patut diteladani selain Negara Madinah dengan segala spesifikasinya yang selama ini belum pernah ditiru oleh negara manapun. Sayangnya, keberadaan Negara Madinah tidak dapat diulangi lagi. Hasan al-Banna juga mencatat problem terpenting dalam setiap kegagalan negara yang bereksperimen mendirikan Negara Islam adalah terletak dalam pelaksanaan, bahkan kebanyak mekanisme politik yang dijalankan tersebut terbilang lebih buruk dibandingkan dengan negara-negara yang ada di Eropa dan Amerika.

Buku yang terdiri dari enam belas bab ini berisi uraian yang sangat rinci tentang relasi agama dan negara mulai dari sejarah Negara Islam pada masa Rasulullah yang masyhur disebut Negara Madinah, pengertian kekuasaan, perdebatan Negara Islam pada masa kini antara wacana dan kenyataan, pembahasan mengenai eksperimen pendirian negara Islam masa kini yang dilakukan oleh kebanyakan negara-negara Timur Tengah seperti Saudi Arabia, Iran, al-Jazair, Sudan dan Turki, dan ditutup dengan penggambaran dakwah para nabi sebagai suatu cara untuk mencapai kemajuan umat.

Buku Hasan al-Banna yang dipengantari oleh Prof. Dr. Said Agil Siradj MA memberikan warna baru di tingkat wacana politik Islam, dan terasa mewakili hasrat untuk membaca ulang munculnya radikalisme agama berikut pandangan tentang negara atau pemerintahan Islam. Buku ini juga menawarkan rumusan-rumusan baru bentuk negara (Islam) yang paling ideal bagi masyarakat Muslim. Dalam pencariannya itu, Gamal al-Banna tak segan-segan menoleh pada pemerintahan di negeri-negeri Barat, seperti negara-negara Eropa dan Amerika, yang telah berhasil mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya dengan menciptakan negara kemakmuran (welfare state). (Miftahul Arief, Mahasiswa Universitas Paramadina, Jakarta)

Judul buku : Relasi Agama dan Negara
Prnulis : Gamal al-Banna
Penerjemah : Tim MataAir Publishing
Penerbit : MataAir Publishing, Jakarta
Tebal Buku : 389 halaman
Cetakan : I, Desember 2006

Aremania, by : Lisa Johnson

Aremania, by: Lisa Johnson


Diambil dari Friendster Group Discussion Aremania, yang merupakan BAB III dari Tugas Studi Lapangan yang dilakukan oleh Lisa Johnson. Saya pikir suatu hal yang menarik bagaimana penelitian tentang Aremania dilakukan oleh orang yang bukan arek Malang. Sangat objektif. Banyak sisi historis yang tadinya saya tidak tahu atau simpang siur menjadi “cling” karena tulisan ini. Semoga bermanfaat buat para suporter klub-klub di Indonesia dan Aremania pada khususnya. Bravo Arema!

Aremania

AREMANIA

Pendahuluan
Tidak mungkin melakukan penelitian tentang olah raga dan identitas di Malang tanpa melihat aktivitas yang dilakukan oleh tim sepak bola Arema dan pendukungnya, Aremania. Memang ada banyak olah raga di Malang selain sepak bola dan Arema, tetapi ada terlalu banyak Aremania di Malang untuk tidak mengambil peduli dalam fenomen ini. Sebetulnya, waktu peneliti pertama kali mau melakukan penelitian tentang olah raga di Malang, peneliti tidak ingin melakukan semuanya tentang Aremania. Peneliti berpendapat bahwa kebanyakan orang di Malang sudah tahu tentang Arema dan Aremania. Akan tetapi, waktu peneliti mulai, tidak mungkin menulis tentang olah raga di Malang tanpa termasuk Aremania. Untuk kebanyakan penduduk kota Malang , Aremania adalah identitasnya. Waktu peneliti baru pindah ke kota Malang , peneliti bertemu dengan seorang laki-laki di jalan. Dia berkata, lihat baju saya, Singo Edan, saya Aremania. Sudah tahu tentang Aremania? Anda harus tahu tentang Aremania. Yang menarik tentang situasi ini adalah bahwa nanti, peneliti menemukan bahwa anak Aremania ini tidak pernah menonton Arema bermain sepak bola. Bagaimana pemuda ini bisa berkata bahwa dia sudah Aremania tanpa menonton pertandingan? Berarti Aremania adalah kejadian yang sudah menciptakan identitas untuk beberapa orang di Malang. Mereka adalah Aremania.

Metode
Untuk mencari informasi tentang Aremania, peneliti sering menonton Arema bermain di Stadion Gajayana dan juga menonton pertandingan Persema. Peneliti mencari informasi tentang Arema di internet dan juga di surat kabar. Selain itu, peneliti sering berbicara dan mewawancarai Aremania, di pertanding dan di tempat lain.


Tim Arema
Arema sebagai klub sepak bola didirikan pada tanggal 11 Augustus 1987. Zodiak untuk Arema adalah Leo, jadi Arema memilih simbol singa dan menjadi tim Singo Edan, atau Singa Gila. Aremania adalah nama untuk pendukung Arema. Juga bisa disebut Aremania untuk laki-laki dan Aremanita untuk perempuan. Aremania sebagai kelompok didirkan karena sebelum Aremania, sering ada bentrokan antara pendukung-pendukung , khususnya antara pendukung tim Arema dan pendukung tim Surabaya, Persebaya. Arema sebagai tim tidak suka bentrokan ini dan tidak mau bentrokan di pertandingannya, jadi menciptakan kelompok pendukung Arema namanya Aremania. Aremania menciptakan lagu-lagu untuk membuat penonton dan pemain lebih semangat. Mereka membuat lagu-lagu, dan mencari orang untuk menjadi dirigen atau pemimpin untuk memimpin lagu di pertanding. Akibatnya, di pertandingan Aremania kelihatan dan kedengaran satu kelompok yang disatukan, kuat dan bangga, yang diiringi oleh yel-yel dan lagu-lagu.

Arema sebagai tim sepak bola cukup bagus. Tim tersebut baru meloloskan diri ke Divisi Utama PSSI setelah beberapa pertandingan di Jakarta dan menjadi tim juara di Divisi I pada bulan Oktober 2004. Arema menjadi tim juara waktu melawan PSDS lewat perpanjangan waktu dan pemain Arema, Marthen Tao mendapat gol emas di menit akhir perpanjangan kedua. Sebetulnya, pemain-pemain Arema bukan semua asli Malang . Selain orang Malang dalam tim ini, ada beberapa pemain dari daerah lain di Indonesia dan juga dari luar negeri, dengan empat pemain yang berasal Brazil . Dulu, kebanyakan pemain Arema asli Malang tetapi setelah kalah terus dan managemen tim diganti, mereka sadar bahwa untuk menjadi tim terbaik, mereka harus mendapat pemain terbaik, baik mereka yang asli Malang atau daerah lain. Untuk Arema dan Aremania, mereka tidak peduli tentang tempat lahir atau tempat asli pemainnya. Ketika orang bermain untuk Arema, mereka menjadi satu dengan Arema dan Aremania tanpa memperhatikan suku bangsa, agama atau apa saja. Kalau mereka terus bermain untuk Arema, mereka akan terus dicintai oleh kebanyakan masyarakat Malang . Misalnya, Marthen Tao berasal dari Papua, dan Arema dan Aremania bersama tidak peduli dia bukan orang Malang, khususnya waktu dia mendapat gol di Jakarta. Selain itu, pemain dari Brazil dikasih Aremania bendera Brazil yang juga mempunyai kata Arema. Arema dan Aremania adalah tentang perasaan kebersamaan. Kalau ada orang yang memakai baju Arema, mereka benar-benar Aremania karena Aremania mempunyai kepuasan hati dan perasaan bangga. Kalau ada orang luar Malang atau Indonesia yang mau ikut Aremania, mereka boleh kalau mereka mengerti prinsip Arema dan mempunyai keinginan hati untuk ikut. Kalau mereka mau, orang luar juga dapat menjadi satu dengan Arema dan Aremania.

Artinya Arema dan Aremania
Arema adalah singkatan untuk Arek Malang atau Anak Malang. Arema sudah didirikan sebagai kata untuk menyatukan masyarakat Malang sejak dulu. Arema sudah dikenal sebagai kata Malang dan kata tersebut termasuk prinsip-prinsip orang Malang. Waktu tim Arema didirikan dan mereka harus memilih nama untuk timnya, mereka memilih Arema karena Arema sudah termasuk prinsip dari masyarakat Malang. Dulu, ada beberapa nama lain sebelum Arema dipilih tetapi akhirnya nama Arema dipakai. Oleh karena itu, Arema mempunyai maksud untuk masyarakat Malang yang lebih kuat daripada hanya tim sepak bola. Ini karena orang Malang memikirkan tentang Malang dan kebanggaan kotanya waktu mereka mendengar kata Arema. Pikiran ini adalah kemungkinan besar kenapa Aremania mendapat banyak dukungan.

Prinsip atau kata Arema untuk kebanyakan orang Malang mulai sejak masih kecil. Mereka merasa bahwa ada prinsip nuwun sewu atau permisi di Malang dan mereka merasa bangga pada kotanya. Arema sebagai tim sepak bola memakai prinsip atau gaya Arema untuk melanjutkan tim sepak bola Arema. Aremania mengambil prinsip Arema dan memakai prinsip itu untuk Aremania yang lebih resmi. Oleh karena itu, banyak masyarakat Malang sudah mempunyai pikiran atau prinsipnya, dan ikut Arema dan Aremania karena ingin meresmikan perasaannya. Aremania ikut karena keinginan hati, bukan karana dipaksa atau program, dan tidak ada pemimpin. Aremania mempunyai semboyan,
Yang Penting Jiwa Arema
Hanya Satu Jiwaku Aremania

yang menunjukkan perasaan bahwa identitas Aremania sudah menjadi satu dengan Arema dan Aremania.

Aremania mempunyai prinsip kuat. Kalau mereka tidak mempunyai cukup uang untuk membeli tiket atau berjalan ke kota lain untuk menonton Arema, mereka akan bermain musik di jalan atau meminjam uang dari teman untuk mendapatkan uang. Mereka tidak akan mencuri atau melakukan sesuatu yang merupakan pelanggaran. Prinsip ini adalah sama kalau Aremania ke kota lain untuk menonton Arema. Aremania tidak mau menganggu masyarakat kota itu atau melakukan sesuatu yang kurang sopan. Arema kuat dalam kepercayaannya dan tidak pernah mau menciptakan persoalan. Hanya ada satu hal yang bisa mendapat Aremania menjadi kurang baik yaitu kalau pendukung tim lain merusak bendera Arema. Misalnya, menurut seorang Aremania, sering kali Aremania dilempari waktu di pertandingan tetapi Aremania duduk diam dan tidak membalas atau melakukan apa saja. Akan tetapi, kalau pendukung tim lain itu merusak bendera, Aremania akan menjadi marah dan membalas sebagai kekuatan satu.

Kesatuan Arema dan Aremania
Ada tim sepak bola lain di Malang, Persema atau persatuan sepak bola Malang. Peneliti bertanya kepada seorang Aremania kenapa Arema mempunyai lebih banyak dukungan daripada Persema walaupun Persema didirikan pertama dan mewakili Kota Malang. Dia menjawab bahwa alasannya adalah hanya kata-kata yang berbeda. Dia berkata bahwa karena Arema memakai kata Arema, itu membawa kebanggaan arek Malang dan orang mau ikut karena mereka sudah Arema. Dia berpendapat bahwa Arema menyatukan arek Malang dan karena katanya hanya lima huruf, itu lebih enak untuk berteriak di pertandingan. Pada pihak lain, Persema tidak mempunyai kemampuan untuk menyatukan Malang karena orang tidak menengal kata Persema sepert kata Arema. Alasan lain yang lebih mendasar adalah bahwa ada suasana yang bernuansa birokrat karena klub itu adalah milik Pemerintah Daerah. Seorang Aremania tersebut mengakui bahwa Persema didirikan lebih dulu jadi sebetulnya Persema kakak yang lebih tua. Walaupun Persema tim yang lebih tua, namun jika diamati di pertandingan, maka Arema yang mempunyai lebih banyak mendapatkan dukungan.

Aremania adalah kelompok yang kuat sekali. Peneliti mau tahu kalau kekuatan ini hanya karena orang sudah teman, karena memakai baju Arema bersama atau mereka menjadi teman karena mereka ikut Aremania. Waktu peneliti ikut Aremania dan memakai baju, peneliti bisa melihat pada kelompok ini dan menentukan bagaimana pandangan orang lain dapat diubah kalau orang ikut Aremania. Waktu peneliti memakai baju Aremania di jalan, peneliti terkejut sekali karena perasaan terhadap peneliti diganti dari orang luar kepada orang yang dihormati seperti biasa. Biasanya kalau peneliti jalan-jalan, selalu ada orang yang berteriak, bule, hello miss atau kata lain seperti itu yang menunjukkan bahwa peneliti bukan orang Indonesia tetapi orang luar. Selain itu, peneliti sering mendengar orang Indonesia di jalan bicara tentang peneliti dan secara atomatis mereka berpendapat bahwa peneliti seorang turis. Namun sangat menarik, kalau peneliti memakai baju Arema, peneliti bukan orang bule, turis, atau orang luar lagi. Peneliti langsung Aremania dan dihormati sebagai Aremania oleh orang lain. Waktu peneliti memakai baju Arema, daripada yang biasa, orang di jalan hanya melihat peneliti dan berkata, Arema atau Aremania dan langsung terus dengan kegiatan mereka. Peneliti bukan dianggap seperti orang luar lagi. Sama dengan itu, waktu peneliti dan teman-teman Australia menonton Arema bermain di Stadion Gajayana, kami juga termasuk sebagai Aremania dan kurang mendapat perhatian daripada biasa kalau kami di jalan. Ini menunjukkan identitas Aremania sangat kuat sekali. Kelihatan bagaimana orang langsung dapat dianggap sebagai bagian dari kelompok dan mengidentifikan dirinya sebagai anak Aremania. Berikutnya adalah penjelasan tentang pertandingan Arema jadi pembaca dapat mengerti kelompok dan identitas yang peneliti jelaskan di atas tentang gaya Aremania.

Contoh Aremania di Pertandingan
Pada hari pertandingan, dimana-mana banyak orang memakai baju, jaket, topi, selendang atau bawa bendera Arema. Kelihatan seperti laut biru yang menuju ke stadion Gajayana, di mobil, sepeda motor atau berjalan kaki, orang-orang mempunyai satu pikiran. Tiba di stadion dan mempersiapkan untuk mendukung tim kesayangannya. Orang-orang ini berumur bayi sampai sudah tua dan yang paling banyak ada kelempok-kelompok laki-laki. Anak yang masih mudah sering diantar oleh kakaknya. Selain laki-laki, masih ada beberapa ayah bersama anaknya, dan perempuan juga. Di salah satu pertandingan juga ada beberapa waria. Yang penting, semua orang ini Aremania, dan datang untuk satu alasan yaitu untuk menonton tim Arema atau Singo Edan dan mengharapkan menang. Tidak apa-apa kalau perempuan, laki-laki, tua atau mudah, semuanya menjadi teman. Ada orang-orang dimana-mana yang memakai beberapa jenis baju Arema. Ada baju biru, hitam dan banyak lagi, tetapi yang penting semua baju itu menyebut Arema atau Aremania. Selain baju, ada jaket, topi, selendang atau juga ada yang bawa bendera Arema di punggungnya. Bukan hanya pakaian resmi Arema, ada juga yang mencetak baju sendiri, jadi bajunya unik tetapi masih Aremania. Misalnya ada baju biru dengan wajah singa di depan dan Arema ditulis di belakang. Semua orang yang bersama ke stadion Gajayana menciptakan perasaan Aremania, yaitu Aremania adalah gaya hidup, dan untuk kebanyakan Aremania saat itu, Aremania dan menonton Arema adalah paling penting bagi mereka.

Di luar stadion ada banyak polisi, dan tank meriam air untuk kemungkinan jika ada persoalan di dalam. Tetapi setiap kali peneliti menonton pertandingan, Aremania tidak pernah mengganggu polisi dan polisi tidak mengganggu Aremania. Aremania lebih tertarik pada masuk stadion dan mencari tempat duduk. Untuk masuk stadion, orang-orang harus berbaris satu per satu. Ada orang, khususnya ayah yang bawa anaknya yang masuk barisan lewat samping, tetapi biasanya orang tidak peduli. Mereka semua tunggu secara sabar untuk memberi tiketnya dan lewat polisi yang memeriksa semua isi tas. Kalau orang mempunyai botol, mereka harus ganti botol itu dengan plastik. Semua kegiatan ini untuk memastikan keamanan pertandingan, tetapi secara umum, Aremania tidak mau menciptakan persoalan. Sebetulnya Aremania tidak akan membuat kesulitan untuk orang lain. Mereka hanya ingin melihat tim Arema menang.

Setelah masuk, orang-orang memilih tempat duduk. Yang sudah diketahui oleh semua Aremania, kalau mau mendukung Arema yang paling aktif, duduk di kedua tepi stadion. Alasannya adalah karena di situ ada dirigen yang memimpin sorak-sorai. Mungkin paling penting untuk Aremania, dirigen-dirigen menciptakan kesatuan untuk Aremania, dan memastikan orang ramai yang bersorak menjadi satu. Dirigen juga mempunyai peran dalam aksi Aremania sebelum pertandingan dimulai. Selain dengan dirigen, ada orang-orang yang membawa drum-drum dan berdiri di bawah dirigen dan bermain jadi dirigen, dan Aremania dapat bernyanyi bersama dan membuat Aremania menjadi kompak. Orang-orang ini paling penting karena tanpa mereka, Aremania tidak akan bersama dan nyanyian kurang bagus.

Satu contoh aksi yang dilakukan oleh dirigen pada suatu pertandingan adalah waktu dua Aremania masuk lapangan, membawa boneka batu nisan untuk tim lain. Mereka berjalan kaki mengelilingi lapangan sampai berhenti di depan tempat duduk tim lain. Kedua dirigen langsung ke situ dan membangunkan tempat kubur untuk tim lain sehingga menakutkan tim lawan dan membuat Aremania menjadi lebih ramai. Walaupun dari luar aksi ini mungkin kelihatan agak jahat, tetapi sesungguhnya hal ini hanya untuk menyenangkan dan menunjukkan adanya kekompakan bagi Aremania dalam memberi dukungan terhadap timnya.

Pada saat ini, kelompok Aremania hampir tidak bisa menahan teriakan yel-yel walaupun pemain Arema masih belum kelihatan. Dirigen Aremania mulai memimpin sorak-sorai dan semua Aremania ikut bernyanyi. Yang menarik tentang sorak-sorai ini adalah ini tidak hanya sekedar nyanyian, tetapi ada tari-tarian yang mengiringi nyanyian tersebut. Walaupun ini mungkin kedengaran seperti tidak penting, namun tari-atarian ini dapat mempersatukan Aremania. Dari salah satu sudut stadion kelihatan kelompok Aremania melakukan gerakan-gerakan yang menunjukkan pemandangan yang benar-benar mengagumkan. Aremania yang melihat gerakan-gerakan itu langsung ikut serta. Hasilnya adalah bahwa semua Aremania mencoba menjadi lebih keras dan bersemangat, dan akhirnya hanya yang kedengaran adalah Aremania. Kalau ini cara untuk menakutkan tim lawan, pasti berhasil.

Kemudian, ada suara di pengeras suara yang memperkenalkan tim dan meminta untuk diam sambil mendengar lagu nasional. Yang mengherankan untuk orang luar, tidak ada alat musik yang mengiringi lagu nasional itu. Semua orang hanya bernyanyi bersama, pakai suara yang keras dan cukup jelas. Lagu ini adalah menunjukkan kebanggaan. Kebanggaan untuk tim, Malang dan Indonesia . Pada saat menyanyi lagu nasional itu, semua orang dalam stadion itu merasa seperti satu. Perasaan seperti, kita Aremania, dan tidak ada kekuasaan yang lebih kuat daripada kita.

Akhirnya, pengeras suara mengumumkan tim Arema dan tim lawan. Waktu Arema berlari ke lapangan itu, suara Aremania kembali terdengar dengan yel-yel khas. Pemain tim Arema melambaikan tangan dan membuat tindakan jadi suara Aremania menjadi lebih keras. Yang jelas, Arema suka Aremania, dan tidak ada Arema tanpa Aremania.

Ada banyak polisi, lebih dari seratus yang duduk di sekeliling lapangan. Mereka membawa perisai dan ada dua anjing untuk menguasai orang-orang kalau Aremania menjadi ramai. Akan tetapi, polisi tahu kalau Aremania tetap bersama, polisi tidak bisa melakukan terlalu banyak untuk menguasai orang-orang karena Aremania terlalu banyak. Misalnya, di satu pertandingan, ada orang yang memakai baju Aremania yang berlari ke lapangan. Dia ditangkap oleh polisi dengan perlakuan yang agak keras dan ditarik dari lapangan. Setelah Aremania yang menonton sepak bola melihat, mereka mulai menjadi ramai. Polisi-polisi melihat situasi Aremania, dan walaupun polisi tahu mereka bisa membawa orang itu ke stasion, dia dilepas dan polisi itu tersenyum dan melambaikan tangan kepada penonton. Selain itu, sering kali ada orang yang melempar aqua pada polisi. Kalau polisi dipukul, biasanya mereka hanya lihat kepada para Aremania dan tidak melakukan tindakan apa-apa. Dalam konteks ini, Aremania mempunyai kekuasaan sendiri. Seperti itu, waktu Arema mendapat gol, Aremania menjadi gila. Tidak perlu dirigen untuk memimpin sorak-sorai. Aremania melakukan itu sendiri.

Setelah pertandingan selasai, jalan menjadi ramai lagi. Ada beberapa orang yang meninggalkan stadion sebelum pertanding selesai kalau kelihatan seperti Arema akan menang. Biasanya orang tua termasuk anak kecil pulang lebih duluan agar lebih memudahkan. Setelah pertandingan selesai, semua orang mulai ke luar stadion. Walaupun ramai, jarang ada orang yang menerobos diantara orang banyak. Kebanyakan orang bersabar dan menunggu sampai bisa keluar tanpa menganggu orang lain. Di luar stadion ada banyak angkutan yang penuh dengan Aremania, sama dengan mobil, sepeda motor dan becak. Banyak Aremania juga berjalan kaki supaya lebih cepat pulang. Masih ada orang yang berteriak Aremania tetapi secara umum, lebih sepi daripada sebelum masuk.

Aremania di luar Malang
Yang peneliti jelaskan di atas adalah contoh pertandingan Arema. Akan tetapi, bagaimana kalau ada pertanding di luar kota Malang? Aremania tidak hanya di kota Malang, tetapi ada bagian Aremania di beberapa kota lain di Indonesia. Selain itu, kalau ada pertandingan yang cukup besar untuk Arema, Aremania akan berdatang ke kota lain untuk menonton tim kesayangannya. Kejadian seperti ini dapat dilihat waktu Arema menjadi juara Divisi I dan sekitar 10.000 Aremania berdatang ke Jakarta untuk mendukung Arema.

Sebelum Final Divisi I di Jakarta, Arema harus bermain dua pertandingan untuk maju ke pertandingan final. Jadi, kalau Aremania mau menonton semua pertandingan, mereka harus ke sana untuk sepuluh hari. Untuk Aremania benar, ini tidak masalah. Sebelum pertandingan pertama, 3.000 Aremania dari Malang naik bus, mobil dan kereta api untuk sampai ke Jakarta. Semakin lama dalam kompetisi, semakin banyak Aremania yang datang. Akhirnya ada 10.000 Aremania di Jakarta. Kebanyakan Aremania ke Jakarta tanpa cukup uang, pakaian atau makanan. Mereka hanya ke Jakarta untuk menonton Arema, dan tidak peduli dengan faktor lain. Ada Aremania di Jakarta yang berkata, kami hanya modal semangat saja ke Jakarta . Makan seadanya, tidur di emperan stadion dan pakaian juga seadanya. Itu tak masalah bagi kami asal Arema nantinya juara. Jadi, ada ribuan Aremania di Jakarta tanpa cukup makanan atau uang. Kelihatan seperti Aremania mempunyai persoalan tetapi persoalan itu bisa diatasi. Aremania sebagai satu kelompok atau identitas juga ada di Jakarta dan AREMANIA BATAVIA datang untuk membantu Aremania. Kesatuan Aremania muncul waktu Aremania Batavia, sama dengan orang Jakarta lain membantu untuk memasok ribuan nasi bungkus, dan jenis makanan lain supaya Aremania tidak kelaparan. Walaupun dua kelompok ini tidak mempunyai hubungan yang resmi untuk saling membantu, mereka dua-duanya mendukung Arema dan hal itulah yang menjadi alasan untuk membantu dan menjadi teman. Aremania adalah identitas, bahkan seperti agama untuk orang Aremania di seluruh Indonesia.

Setelah Arema sebetulnya menjadi juara Divisi I dan pulang ke Malang, kekuatan Aremania terlihat. Arema tiba di lapangan udara di Surabaya pukul 14.00. Waktu mereka tiba, mereka menerima sambutan yang hangat dari konvoi Aremania yang ke sana untuk mengiringi pemain-pemain Arema. Ada kedua laki-laki dan perempuan, dan juga keluarga dan anak kecil yang dibawa untuk melihat pemain-pemain Arema. Ada yang membawa mobil terbuka dengan boneka singa, dan banyak sekali sepeda motor. Mereka ikut tim Arema sepanjang jalan dari Surabaya ke Malang. Juga, beberapa hari kemudian waktu Arema sudah tiba di Malang, ada kesempatan untuk Aremania melihat pemain Arema dan Aremania lagi menciptakan konvoi. Konvoi ini termasuk ribuan Aremania dan mereka berkeliling kota. Polisi harus ke jalan dan pada hari itu ada banyak kemacetan di Malang karena Aremania ingin menunjukkan dukungannya. Yang menarik tentang dua konvoi ini adalah bahwa kebanyakan masyarakat Malang, walaupun diganggu, tidak berkata apa saja yang jelek tentang Aremania. Mereka mengerti kekuatan Aremania dan ada banyak masyarakat Malang yang ikut, jadi hanya berkata, hari ini ada banyak kemacetan karena Aremania, seperti Aremania adalah kelompok sendiri dan harus dihormati seperti biasa sama dengan organisasi atau kelompok lain.

Aremania tidak hanya satu kelompok untuk pendukung-pendukung tim football Arema. Bagi masyarakat Malang , kelompok Aremania adalah gaya hidupnya. Aremania mempunyai bahasa sendirinya, Bahasa Balik dimana semua kata dibaca secara terbalik. Satu kali ketika peneliti berjalan-jalan dengan teman-teman yang ikut Aremania, mereka sering memakai Bahasa Balik ini seperti itu biasa. Teman-teman juga berkata bahwa ada baju Aremania yang mempunyai tulisan, 99% Aremania, 1% Pacarku yang menunjukkan kesukaan Aremania.

Kesimpulan :
Orang yang ikut Aremania karena keinginan hati mempunyai identitas yang juga termasuk identitas Aremania. Betul, mereka masih orang sendiri dan tinggal seperti biasa. Akan tetapi, mereka tahu bahwa mereka sebagaian Aremania, sekelompok yang mempunyai gaya sendiri. Aremania mengetahui bahwa mereka termasuk dalam kelompok yang cukup kuat, besar dan penting. Oleh karena itu, untuk beberapa anak Malang , Aremania adalah sebagaian organisasi yang lebih besar daripada mereka sendiri, dan ini berarti mereka tidak sendirian di Malang. Seperti anak laki-laki tersebut yang tidak pernah menonton Arema bermain sepak bola tetapi tetap ikut Aremania, Aremania adalah kepercayaan untuk banyak orang di Malang . Walaupun kepercayaan itu mempunyai artinya berbeda untuk setiap anak Aremania, Aremania masih merupakan bagaian dari masyarakat kota Malang secara keseluruhan.

OLAH RAGA DAN IDENTITAS:
FUNGSI OLAH RAGA DALAM PEMBENTUKKAN IDENTITAS MASYARAKAT DAN BANGSA DI KOTA MALANG

Tugas Studi Lapangan
Diajukan untuk menemuhi persyaratan dalam program ACICIS Studi Lapangan

Oleh: Lisa Johnson

Malang, Indonesia
Desember 2004

26 Oktober 2008

Ketika Mulut tak Lagi berkata

Penyair Taufiq Ismail menulis sebuah artikel tentang Krismansyah Rahadi (1949-2007) di majalah sastra HORISON.

Krismansyah Rahadi (1949-2007):
KETIKA MULUT TAK LAGI BERKATA

TaUFIQ ISMAIL


Di tahun 1997 saya bertemu Chrisye sehabis sebuah acara, dan dia berkata, "Bang,saya punya sebuah lagu. Saya sudah coba menuliskan kata-katanya, tapi saya tidak puas. Bisakah Abang tolong tuliskan liriknya?" Karena saya suka lagu-lagu Chrisye, saya katakan bisa. Saya tanyakan kapan mesti selesai. Dia bilang sebulan. Menilik kegiatan saya yang lain, deadline sebulan itu bolehlah. Kaset lagu itu dikirimkannya, berikut keterangan berapa baris lirik diperlukan, dan untuk setiap larik berapa jumlah
ketukannya, yang akan diisi dengan suku kata. Chrisye menginginkan puisi relijius.

Kemudian saya dengarkan lagu itu. Indah sekali. Saya suka betul. Sesudah seminggu, tidak ada ide. Dua minggu begitu juga.Minggu ketiga inspirasi masih tertutup. Saya mulai gelisah. Di ujung minggu keempat tetap buntu. Saya heran. Padahal lagu itu cantik jelita.Tapi kalau ide memang macet, apa mau dikatakan. Tampaknya saya akantelepon Chrisye keesokan harinya dan saya mau bilang, " Chris, maaf ya,macet. Sori." Saya akan kembalikan pita rekaman itu.

Saya punya kebiasaan rutin baca Surah Yasin. Malam itu, ketika sampai ayat 65 yang berbunyi, A’udzubillahiminasy syaithonirrojim. "Alyauma nakhtimu ‘alaa afwahihim, watukallimuna aidhihim, wa tasyhadu arjuluhum bimaa kaanu yaksibuun" saya berhenti. Maknanya,

"Pada hari ini Kami akan tutup mulut mereka, dan tangan mereka akan berkatakepada Kami, dan kaki mereka akan bersaksi tentang apa yang telah mereka lakukan." Saya tergugah. Makna ayat tentang Hari Pengadilan Akhir ini luar biasa!

Saya hidupkan lagi pita rekaman dan saya bergegas memindahkan makna itu ke larik-larik lagi tersebut. Pada mulanya saya ragu apakah makna yang sangat berbobot itu akan bisa masuk pas ke dalamnya. Bismillah. Keragu-raguan teratasi dan alhamdulillah penulisan lirik itu selesai. Lagu itu saya beri judul Ketika Tangan dan Kaki Berkata.

Keesokannya dengan lega saya berkata di telepon," Chris, alhamdulillah selesai". Chrisye sangat gembira. Saya belum beritahu padanya asal-usul inspirasi lirik tersebut. Berikutnya hal tidak biasa terjadilah. Ketika berlatih di kamar menyanyikannya baru dua baris Chrisye menangis, menyanyi lagi, menangis lagi, berkali-kali.

Di dalam memoarnya yang dituliskan Alberthiene Endah, Chrisye –
Sebuah Memoar Musikal
, 2007 (halaman 308-309), bertutur Chrisye:

Lirik
yang dibuat Taufiq Ismail adalah satu-satunya lirik dahsyat sepanjang karier, yang menggetarkan sekujur tubuh saya. Ada kekuatan misterius yang tersimpan dalam lirik itu. Liriknya benar-benarbenar mencekam dan menggetarkan. Dibungkus melodi yang begitu menyayat, lagu itu bertambah susah saya nyanyikan! Di kamar, saya berkali-kali menyanyikan lagu itu. Baru dua baris, air mata saya membanjir. Saya coba lagi. Menangis lagi. Yanti sampai syok! Dia kaget melihat respons saya yang tidak biasa terhadap sebuah lagu.

Taufiq memberi judul pada lagu itu sederhana sekali, Ketika Tangan dan Kaki Berkata.Lirik itu begitu merasuk dan membuat saya dihadapkan pada kenyataan, betapa tak berdayanya manusia ketika hari akhir tiba. Sepanjang malam saya gelisah. Saya akhirnya menelepon Taufiq dan menceritakan kesulitan saya.

"Saya mendapatkan ilham lirik itu dari Surat Yasin ayat 65…" kata Taufiq. Ia menyarankan saya untuk tenang saat menyanyikannya. Karena sebagaimana bunyi ayatnya, orang memang sering kali tergetar membaca isinya.

Walau sudah ditenangkan Yanti dan Taufiq, tetap saja saya menemukan kesulitan saat mencoba merekam di studio. Gagal, dan gagal lagi. Berkali-kali saya menangis dan duduk dengan lemas. Gila! Seumur-umur, sepanjang sejarah karir saya, belum pernah saya merasakan hal seperti ini. Dilumpuhkan oleh lagu sendiri!

Butuh kekuatan untuk bisa menyanyikan lagu itu. Erwin Gutawa yang sudah senewen menunggu lagu terakhir yang belum direkam itu, langsung mengingatkan saya, bahwa keberangkatan ke Australia sudah tak bisa ditunda lagi. Hari terakhir menjelang ke Australia, saya lalu mengajak Yanti ke studio, menemani saya rekaman. Yanti sholat khusus untuk mendoakan saya.

Dengan susah payah, akhirnya saya bisa menyanyikan lagu itu hingga selesai. Dan tidak ada take ulang! Tidak mungkin. Karena saya sudah menangis dan tak sanggup menyanyikannya lagi. Jadi jika sekarang Anda mendengarkan lagu itu, itulah suara saya dengan getaran yang paling autentik, dan tak terulang! Jangankan menyanyikannya lagi, bila saya mendengarkan lagu itu saja, rasanya ingin berlari!

Lagu itu menjadi salah satu lagu paling penting dalam deretan lagu yang pernah saya nyanyikan. Kekuatan spiritual di dalamnya benar-benar meluluhkan perasaan. Itulah pengalaman batin saya yang paling dalam selama menyanyi.

Penuturan Chrisye dalam memoarnya itu mengejutkan saya. Penghayatannya terhadap Pengadilan Hari Akhir sedemikian sensitif dan luar biasanya, dengan saksi tetesan air matanya. Bukan main. Saya tidak menyangka sedemikian mendalam penghayatannya terhadap makna Pengadilan Hari Akhir di hari kiamat kelak.

Mengenai menangis menangis ketika menyanyi, hal yang serupa terjadi dengan Iin Parlina dengan lagu
Rindu Rasul. Di dalam konser atau pertunjukan, Iin biasanya cuma kuat menyanyikannya dua baris, dan pada baris ketiga Iin akan menunduk dan membelakangi penonton menahan sedu sedannya. Demikian sensitif dia pada shalawat Rasul dalam lagu tersebut.

  • * *

Setelah rekaman Ketika Tangan dan Kaki Berkata selesai, dalam peluncuran album yang saya hadiri, Chrisye meneruskan titipan honorarium dari produser untuk lagu tersebut. Saya enggan menerimanya. Chrisye terkejut. "Kenapa Bang, kurang?" Saya jelaskan bahwa saya tidak orisinil menuliskan lirik lagu Ketika Tangan dan Kaki Berkata itu. Saya cuma jadi tempat lewat, jadi saluran saja. Jadi saya tak berhak menerimanya. Bukankah itu dari Surah Yasin ayat 65, firman Tuhan? Saya akan bersalah menerima sesuatu yang bukan hak saya.

Kami jadi berdebat. Chrisye mengatakan bahwa dia menghargai pendirian saya, tetapi itu merepotkan administrasi. Akhirnya Chrisye menemukan jalan keluar. "Begini saja Bang, Abang tetap terima fee ini, agar administrasi rapi. Kalau Abang merasa bersalah, atau berdosa, nah, mohonlah ampun kepada Allah. Tuhan Maha Pengampun ‘kan?"


Saya pikir jalan yang ditawarkan Chrisye betul juga. Kalau saya berkeras menolak, akan kelihatan kaku, dan bisa ditafsirkan berlebihan. Akhirnya solusi Chrisye saya terima. Chrisye senang, saya pun senang.

  • * *


Pada subuh hari Jum’at, 30 Maret 2007, pukul 04.08, penyanyi legendaris Chrisye wafat dalam usia 58 tahun, setelah tiga tahun lebih keluar masuk rumah sakit, termasuk berobat di Singapura. Diagnosis yang
mengejutkan adalah kanker paru-paru stadium empat. Dia meninggalkan isteri, Yanti, dan empat anak, Risty, Nissa, Pasha dan Masha, 9 album proyek, 4 album sountrack, 20 album solo dan 2 filem. Semoga penyanyi yang lembut hati dan pengunjung masjid setia ini, tangan dan kakinya kelak akan bersaksi tentang amal salehnya serta menuntunnya memasuki Gerbang Hari Akhir yang semoga terbuka lebar baginya. Amin. #

Ketika Tangan dan Kaki Berkata

Lirik : Taufiq Ismail

Lagu : Chrisye

Akan datang hari mulut dikunci

Kata tak ada lagi

Akan tiba masa tak ada suara

Dari mulut kita


Berkata tangan kita

Tentang apa yang dilakukannya

Berkata kaki kita

Kemana saja dia melangkahnya

Tidak tahu kita bila harinya

Tanggung jawab tiba

Rabbana

Tangan kami

Kaki kami

Mulut kami

Mata hati kami

Luruskanlah

Kukuhkanlah

Di jalan cahaya…. sempurna

Mohon karunia

Kepada kami

HambaMu yang hina

1997

BOHEMIAN RHAPSODY

Siapa yang gak kenal : Bohemian Rhapsody ..? Lagu yang pernah dinobatkan sebagai Lagu Rock Epic Terbaik. Sepanjang Masa oleh majalah musik Mojo edisi April 2004. Bahkan menurut penelitian Guinness World Records tahun 2002 pada 31.000 responden, Bohemian Rhapsody > adalah lagu terfavorit di UK. Lalu bagaimana pendapat Anda, tentang lagu Bohemian Rhapsody?

Bohemian Rhapsody berasal dari album Queen yang berjudul A Night At The Opera yang diproduseri Roy Thomas Baker pada tahun 1975. Lagu ini dikarang oleh Freddy Mercury vocalist kelompok Queen (Catatan : Queen terdiri dari Freddy Mercury, John Deacon, Roger Taylor, Brian May) . Lalu, apa yang menarik dari Bohemian Rhapsody?

Kita tahu bahwa Freddy Mercury pencipta Bohemian Rhapsody adalah penulis lagu dengan menggunakan kunci-kunci aneh. Nada dasarnya cepat berubah. Musiknya mempunyai struktur chord yang susah dimainkan dan dinyanyikan, demikian halnya pada lagu Bohemian Rhapsody. Dari E flat Mayor ke F Minor kemudian ke A Mayor dst. Lagu yang dimulai acappella dengan pertanyaan : Is this the real life - Is this just fantasy dan diakhiri dengan dengan suara gong itu memang cukup unik, sehingga tidak heran bila hampir semua penggemar musik pasti kenal lagu ini. Bahkan banyak orang meramalkan bahwa belum tentu ada partitur yang ditulis sebagamana Bohemian Rhapsody dalam abad ini..

Selain terletak pada keindahan partitur, piano, suara Freddy, Guitar May atau koor-nya, Bohemian Rhapsody menjadi sangat menarik lantaran lirik lagunya yang mengundang sejuta misteri sejalan dengan kepergian si pencipta. Bohemian Rhapsody sangat complicated, dan menimbulkan banyak perdebatan makna lagu. Banyak yang mengatakan bahwa lagu ini sulit dipahami dan cukup gelap. Mengandung teka-teki yang sulit dipecahkan, khususnya dalam bagian operanya.

Konon dalam proses pembuatannya Freddie tampak begitu yakin dan mengetahui apa yang harus dilakukannya, sepertinya Bohemian Rhapsody sudah lama ada di kepala Freddie. Bahkan Ia telah mencatat lirik lagunya di sebuah buku notes tua milik ayahnya. Beragam apresiasi dari penikmat mengenai makna lagu itu sering menjadi perdebatan kontroversial sepanjang masa. Suatu ketika dia menyebut nama Allah dengan membaca Bismillah, padahal disisi lain ia memanggil nama Setan dengan berteriak : Beelzebub.

Parade karakter dan penggunaan frase-frase sejarah aneh membuat penikmat kebingungan dan „tersihir" walau tanpa mengetahui maknanya.. Berbagai 'mantra' digunakannya seperti : Scaramouche, Galileo, Beelzebub, Figaro, Mama Mia, dan Magnifico. Secara etimologis beberapa frase dan 'mantra' yang dilafalkannya mempunyai arti sbb :
Scaramouch berarti seorang pengecut yang banyak omong.
Fandango berarti tarian.
Beelzebub merupakan nama setan. Lalu apa arti Galileo, Figaro, magnifico ? Saya cari pada dictionary Galileo itukan nama Astronom berasal dari Italia penemu Telescope bintang….??? Apa hubungannya ? Lalu apa arti Figaro dan magnifico ???? Pusing…!!!!!

Saat Bohemian Rhapsody dirilis ke publik, banyak spekulasi yang muncul tentang makna lagunya. Orang percaya bahwa lirik itu melukiskan tentang pelaksanaan proses ekesekusi, yang diilhami Novel Albert Camus, The Stranger. Bahkan ada yang meyakini bahwa lagu itu mengisahkan tentang wajib militer di Perang Vietnam. Sedangkan disisi lain ada yang percaya bahwa lirik itu diciptakan hanya untuk mencocokkan dengan musik yang diciptakan, sehingga tidak memiliki makna atau arti sama-sekali.

Brian May pernah mengatakan : Setiap orang termasuk dirinya, memiliki interpretasi masing-masing terhadap maha karya tersebut. Sehingga ia mengaku sampai sekarang tidak mau mengungkapkan secara terbuka apa pandangannya terhadap karya besar sahabatnya itu. Tidak ada yang berani membicarakan soal liriknya saat proses pembuatannya karena Freddy seperti sudah yakin dengan penemuannya, kata May.

Freddy berbeda dengan personel Queen lainnya yang senang bercerita bagaimana proses kreatif atau inspirasi sebuah lagu ditulis. Freddy selalu mengelak apabila ditanya tentang bagaimana makna lagu ciptaannya atau bagaimana inspirasinya timbul. Freddy sangat membenci terhadap banyak analisa dalam materinya, ia lebih menyukai dan memberi kebebebasan kepada penikmatnya untuk membangun penafsiran mereka sendiri. Ia mempersilahkan penikmat untuk dapat merekontruksi cara berpikirnya, kendati dia mengatakan bahwa dia telah melakukan sebuah riset untuk itu semua termasuk sesi opera-nya.

Proses perekaman Bohemian Rhapsody dilakukan selama 3 (tiga) minggu, dimulai pada tanggal 24 Agustus 1975 di Rockfield Studio 1 dekat Monmouth di Inggis. Untuk menghasilkan maha karya tersebut Queen menggunakan berbagai alat musik seperti : Fender Precision Electric Bass, Red Special electric guitar, Ludwig Drums, timpani dan sebuah Paiste Gong. Freddy sendiri menggunakan sebuah Bechstein "Concert" Grand Piano, yang digunakannya juga saat promosi video dan konser Tour Bohemian Rhapsody di UK .

Pembuatan koor pada lagu Bohemian Rhapsody yang terdiri dari 180 (note : ada yang menyebut 120) vokal latar itu direkam secara marathon di mesin rekaman 24 trek dengan vokal anggota Queen selama satu minggu. Ini merupakan salah satu unsur keunikan Bohemian Rhapsody yang memadukan berbagai unsur musik klasik salah satunya yaitu opera.

Para pengamat membagi komposisi Bohemian Rhapsody menjadi 6 bag menarik:

Introduction yaitu dari menit ke 0:00 sampai dengan 0:48
Ballad yaitu dari menit ke 0:48 sampai dengan 2:36
Guitar solo yaitu dari menit ke 2:36 sampai dengan 3:02
Opera yaitu dari menit ke 3:02 sampai dengan 4:07
Hard Rock yaitu dari menit ke 4:07 sampai dengan 4:55
Outro yaitu dari menit ke 4:55 sampai dengan 5:55

Dengan total durasi 5 menit 55 detik itu sempat membuat pesimis bahwa single itu akan bisa menjadi hit karena terlalu panjang. Freddie sempat kecil hati, tetapi suatu ketika ia meng-copy single tersebut untuk temannya seorang DJ radio di London, Kenny Everet. Freddie mengatakan pada Kenny, bahwa lagu itu diberikan benar-benar secara pribadi dan tak boleh diputar di radio atau untuk umum. Tapi Kenny justru nekad memutar lagu itu di radionya, hingga empat belas kali dalam hari yang sama. Sejak saat itu, seluruh stasiun radio besar memutar secara utuh lagu itu dan, Bohemian Rhapsody menjadi hit dan menggemparkan Inggris pada masa itu, serta menempati tangga nomer satu selama sembilan minggu. Bahkan hingga sekarang menjadi Magnum Opus yang sangat legendaries…

Kemisteriusan Magnum Opus Bohemian Rhapsody menimbulkan banyak perbedaan pendapat mengenai maknanya, di antaranya :

* Bahwa Bohemian Rhapsody adalah lagu yang menceritakan seseorang yang akan dihukum mati karena habis membunuh seseorang. Ia menuliskan pesan terakhirnya kepada ibunya untuk menjelaskan situasinya (Mama.. just killed a man, Put a gun against his head, Pulled my trigger,now hes dead, Mama.. life had just begun, But now Ive gone and thrown it all away,Mama ooo)

* Bahwa Bohemian Rhapsody adalah lagu yang menceritakan seseorang miskin (I am just a poor boy) yang tertekan yang kemudian membunuh seseorang (Mama..just killed a man, Put a gun against his head, Pulled my trigger,now his dead). Dan dia harus mempertanggung-jawabkan perbuatannya. Kemudian dia meminta (atau dimintakan?) pengampunan karena alasan latar belakangnya yang miskin. Bahwa hanya Tuhan yang semestinya menghukumnya, bukan masyarakat. Dia kemudian mencoba membantahnya bahwa dia telah membunuh seseorang, dengan istilah jalanannya : "menari" (will you do a fandango). Dan menanamkan setan dalam dirinya sebagai alasan lain (Beezelbub). Namun nampaknya dia tidak memperoleh kemudahan. Bahkan timbul konflik batin, karena bagaimanapun dia tidak boleh lepas dari kenyataan (no escape from reality) dan harus mempertanggung-jawabkan perbuatannya.

* Bahwa Bohemian Rhapsody adalah lagu yang menceritakan kenyataan atau ramalan kehidupan Freddy Mercury. Bahwa "just killed a man" dalam lirik tersebut bisa diartikan bahwa dia membunuh orang lain, atau membunuh dirinya sendiri. Ingat bahwa Freddy seorang homoseksual yang pada masa itu (era tahun 70-an) dapat dihukum mati, atau ramalan terhadap penyakitnya yang kelak menyebabkan kematian tragisnya.

* Bahwa Bohemian Rhapsody adalah lagu yang menceritakan seseorang miskin (I am just a poor boy) yang akan dihukum gantung (Open your eyes Look up to the skies and see) untuk mempertanggung-jawabkan perbuatannya karena membunuh (just killed a man, Put a gun against his head, Pulled my trigger,now his dead). Tapi dia tidak ingin dikasihani (i need no sympathy). Dan kemudian dia membaca mantra agar diloloskan dari hukumannya. Semua dia mintai pertolongan....., mulai kepada Allah (Bismillah) sampai kepada Setan (Beezelbub).

Anda tentu bebas pula mengapresiasikan makna lagu Bohemian Rhapsody ? Berjuta apresiasi akan bermunculan, namun yang pasti May-Deacon-Taylor pasti akan tetap bungkam, berlindung di belakang kematian Freddy. ...... Karna, sebagaimana lukisan Monalisa -Leonardo Da Vinci, maka Bohemian Rhapsody ini akan tetap menarik menjadi misteri kehidupan sejalan dengan kepergian si pencipta....Selamat Jalan Freddy.

Dihimpun dari banyak sumber.

> Bohemian Rhapsody
>
> Is this the real life
> Is this just fantasy
> Caught in a landslide
> No escape from reality
> Open your eyes
> Look up to the skies and see
>
> Im just a poor boy, i need no sympathy
> Because Im easy come,easy go,
> A little high, little low,
> Anyway the wind blows, doesnt really matter to me, to
> me
>
> Mama.. just killed a man,
> Put a gun against his head,
> Pulled my trigger,now his dead,
> Mama.. life had just begun,
> But now Ive gone and thrown it all away
> Mama … ooo,
> Didnt mean to make you cry
> If Im not back again this time tomorrow
> Carry on, carry on, as if nothing really matters
>
> Too late, my time has come,
> Sends shivers down my spine
> Bodys aching all the time,
> Goodbye everybody, Ive got to go
> Gotta leave you all behind and face the truth
> Mama ooo (any way the wind blows)
> I dont want to die,
> I sometimes wish Id never been born at all
>
> I see a little silhouetto of a man,
> Scaramouche,scaramouche, will you do the fandango
> Thunderbolt and lightning very very frightening me
> Galileo ,galileo,
> Galileo, galileo
> Galileo, Figaro, magnifico oohh
> But Im just a poor boy and nobody loves me
> His just a poor boy from a poor family
> Spare him his life from this monstrosity
> Easy come easy go, will you let me go
> Bismillah! no, we will not let you go, let him go
> Bismillah! we will not let you go, let him go
> Bismillah! we will not let you go, let me go
> Will not let you go, let me go
> Will not let you go, let me go
> No,no,no,no,no,no,no
> Mama mia, mama mia, mama mia let me go
> Beelzebub has a devil put aside for me, for me, for me
>
> So you think you can stone me and spit in my eye
> So you think you can love me and leave me to die
> Oh baby, cant do this to me baby
> Just gotta get out, just gotta get right outta here
>
> Nothing really matters,
> Anyone can see,
> Nothing really matters, nothing really matters to me.

dikutip dari tulisan seorang rekan di milis KAHMI Pro Network

23 Oktober 2008

Purnama di Bukit Langit

Puisi yang Memabukkan
Oleh: Lan Fang

Bahwa membaca puisi Tiongkok klasik adalah opium. Membacanya adalah menyedotnya dalam-dalam sampai pada suatu tahap tertentu tidak mampu lagi membayangkan apa pun, kecuali bukit, sungai, pohon yangliu, perahu, deru angin, dan suara aneh orang-orang yang harus berpisah mesti tidak menginginkannya. Ini yang ditulis Sapardi Djoko Damono sebagai ulasan penutup Purnama di Bukit Langit, antalogi puisi Tiongkok Klasik.

Pendapat itu tidak berlebihan karena sepanjang membaca buku yang memuat himpunan puisi sebanyak 560 buah dari berbagai macam era dinasti Tiongkok itu memang sarat dengan keindahan. Bukan sekadar mendapatkan tamasya kata-kata, tetapi juga terdapat banyak catatan kaki yang menjelaskan arti syair-syairnya. Buku antalogi ini membawa pembacanya untuk berkelana memahami filosofi Tiongkok kuno.

Hal ini tidak aneh. Karena Tiongkok memang dikenal sebagai negeri puisi yang mencapai pematangan pada masa Dinasti Tang (618-907). Bahkan, bisa dikatakan, puisi yang dihasilkan bangsa Tiongkok diperkirakan jumlahnya lebih banyak daripada gabungan seluruh puisi yang ditulis bangsa-bangsa lain di dunia. Karena kedudukan puisi dalam perkembangan Tiongkok sebagai negara sangat penting. Bukan sekadar menjadi bahasa ungkap, simbol-simbol, pepatah, atau syair lagu, tetapi kebanyakan para pejabat, petinggi negara, dan raja menggubah puisi. Bahkan puisi menjadi pelajaran wajib yang dijadikan barometer ujian negara dalam merekrut calon birokrat. Itu sebabnya, sebenarnya, buku antalogi puisi Tiongkok Klasik ini bukan sekadar menyajikan keindahan alam sebagai metafora dalam susunan kata-kata, tetapi juga menceritakan tentang perjalanan politik suatu bangsa, peperangan, kebudayaan, juga kerinduan kepada kampung halaman, sebagai cermin kehidupan masyarakat yang terjadi pada masa dinasti tertentu.

Puisi juga merupakan catatan sebuah waktu dan generasi. Maka, bila membandingkan buku antalogi puisi ini dengan buku antalogi puisi penyair Indonesia keturunan Tiongkok, akan ditemukan jejak yang tergerus zaman yang terus berderap dan kebudayaan di mana penyair itu berada.

Contohnya ketika penyair mengungkapkan kematian, terlihat banyak perbedaan cara ungkap yang disesuaikan dengan kondisi setempat.


Mengubur Bunga , Cao Xueqin (1615-1763: Dinasti Qing)

Bilur yangliu daun olma subur merimbun sendirian,
Tak pedulikan persik terbang prem yang bertebaran,
Tahun depan persik-prem sanggup kembali mekar,
Tahun depan siapakah yang berada di tengah kamar?


Cing Bing, Tan Lioe Ie (antalogi Malam Cahaya Lampion, Bentang, Mei 2005)

Untuk Giam Lo Ong
Dibelah semangka merah
Sebab tertulis di langit :
Belah semangka merah
Tak putus garis keturunan.


Bapakku Telah Pergi, Mardi Luhung (antalogi Ciuman Bibirku Yang Kelabu: Akar, Maret 2007)

Bapakku telah pergi,
Menemui pembakaran
Ruang suci tempat selesaian

Tapi ekor-ekor yang ditinggalnya
Membelit tubuhku
Menciptakan jarak, yang ujungnya

Cao Xueqin memuisikan kematian dengan keindahan alam yang digambarkan melalui bunga dan burung sebagaimana masyarakat Tionghoa meninggal pada zaman itu dikuburkan di pegunungan. Sedangkan Tan Lioe Ie mengawinkan legenda klasik Sampek Engtay dengan mitos ritual semangka merah. Tetapi Mardi Luhung, penyair yang terlahir dari bapak Tionghoa dan ibu Jawa, dan kini bermukim di daerah pesisir, memandang kematian adalah prosesi yang disamakan dengan laut dan ikan-ikan. Perbandingan ini menarik untuk disimak. Karena bagaimana pun latar belakang penyair akan masuk dalam puisi-puisinya.

Dalam buku antalogi puisi Tan Lioe Ie Malam Cahaya Lampion, masih bisa diendus aroma Tiongkok walaupun hanya dalam mitos ritual yang dipergunakan sebagai eksplorasi ide. Kita masih bisa menemukan simbol-simbol oriental seperti naga, dupa, dan arak. Tetapi pada buku puisi Mardi Luhung Ciuman Bibirku Yang Kelabu, hanya dapat ditemukan jejak "kecinaannya" pada sebuah puisi yang bercerita tentang prosesi kremasi. Sebuah kecinaan yang ambigu, mengingat sekarang bukan orang Tionghoa saja yang meninggal dengan cara dikremasi. Pada masyarakat Bali kita mengenal ritual pembakaran jenasah yang disebut ngaben.

Antalogi puisi klasik Tiongkok ini juga layak dijadikan pembelajaran bahwa untuk menerjemahkan puisi dari bahasa Mandarin ke bahasa Indonesia bukan sekadar menguasai kedua bahasa itu sama baiknya. Tetapi, juga harus kaya dengan kosa kata yang sesuai, membuatnya menjadi tetap enak dibaca, tanpa mengubah makna aslinya.

Ini sesuatu yang tidak mudah, mengingat puisi klasik Tiongkok bukanlah bagian dari budaya lisan seperti halnya pantun dalam sastra Melayu yang mempunyai rima. Tetapi puisi klasik Tiongkok adalah budaya tulis yang dibuat dari aksara-aksara simbol, sehingga tidak mengenal adanya rima. Bila dalam terjemahan Zhou Fuyuan ini ada "permainan" bunyi, sudah tentu mengandung risiko pergeseran makna yang merupakan "pengkhianatan" pada makna aslinya.

Tetapi, Sapardi Djoko Damono menghalalkan adanya "penghianatan" dari penerjemahan puisi klasik Tiongkok ini karena sebagaimana karya terjemahan lainnya, tidak mungkin bisa diterjemahkan sesuai bahasa aslinya karena akan menjadi kaku. Ketika sebuah karya diterjemahkan, bisa jadi karya tersebut menjadi karya penertjemahnya, bukan lagi menjadi karya penyair aslinya. Sebagaimana antalogi puisi klasik Tiongkok ini, begitu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, maka ia sudah menjadi bagian dari kesusasteraan Indonesia.

Buku antalogi puisi klasik Tiongkok ini tidak hanya bermanfaat karena merupakan studi banding kesusastraan, tetapi di dalamnya memuat ringkasan biografi 17 penyair penting Tiongkok: Qu Yuan, Tao Yuanming, Wang Wei, Li Bai, Du Fu, Bai Juyi, Li He, Li Shangyin, Li Yu, Liu Yong, Su Shi, Li Qingzhao, Lu You, Xin Qiji, Guan Hanqing, Chen Weisiong, dan Nalan Xing. Untuk kepentingan apresiasi pembaca, puisi-puisi yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia juga tetap menyertakan puisi aslinya.

Jadi, wajar bila bagi Sapardi Djoko Damono menikmati puisi klasik Tiongkok ini bukan sekadar untuk mendapatkan makna dari kata-kata yang berjajar, tetapi juga keindahan visual yang terpancar dari hasil permainan pena penyairnya dalam wujud kaligrafi (tanpa perlu mengerutkan kening untuk mereka-reka artinya).



Judul Buku : Purnama di Bukit Langit
Penulis : Zhou Fuyuan
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : I, April 2007
Tebal : 367 Halaman


*) Lan Fang, cerpenis, tinggal di Surabaya
dikutip dari http://www/gramedia.com

Melihat Dunia (Islam) Setelah Olimpiade Beijing

Oleh: Ulil Abshar Abdalla

Kepada kaum Islamis yang “sok yakin” dan “ge-er” bahwa Islam akan menjadi kekuatan dunia baru, saya mengatakan: tengoklah India dan Cina itu! Mereka bekerja keras untuk membangun ekonomi, merebut peluang dalam pasar global, bukan mengumbar retorika semata.

PADA tahun 80an, setelah hancurnya Uni Soviet, banyak kalangan ideolog gerakan Islamisme yang meramal bahwa kapitalisme di mana Amerika menjadi simbol utamanya akan segera rontok. Dari reruntuhan dua “ideologi” dan kekuatan besar itu, mereka meramalkan (atau “wishful thinking”?) bahwa Islam akan tampil sebagai kekuatan baru yang menggantikan keduanya.

Apakah mimpi mereka itu sudah mulai memperlihatkan tanda-tanda akan terwujud? Marilah kita tengok dunia sekitar. Yang paling gampang adalah dengan melihat event yang sekarang sedang digelar di Cina, yaitu Olimpiade Beijing 2008. Pembukaan Olimpiade di Beijing pada 8/8/08 yang lalu begitu megah sekali, seolah-olah negeri Cina hendak mendeklarasikan diri bahwa kami adalah kekuatan baru di panggung dunia. Apa yang dikatakan oleh negeri Cina itu bukan sekedar mimpi atau “wishful thinking”, tetapi kata-kata yang disokong dengan sebuah bukti nyata.

Sekarang kita lihat sendiri, kekuatan baru yang akan menjadi pesaing utama Amerika Serikat tampaknya bukan negeri-negeri Islam atau “Islam” secara umum. Pesaing baru itu datang dari dua negeri yang jauh dari tradisi Islam, yakni Cina dan India.

Fareed Zakaria menulis buku baru (yang tampaknya kurang terlalu sukses), “Post American World”, dunia paska-Amerika. Menurut dia, konstelasi kekuatan dunia saat ini pelan-pelan mulai memperlihatkan gejala baru, yaitu merosotnya peran Amerika, dan dari sanalah lahir dunia baru, dunia paska-Amerika. Tetapi, dunia baru ini bukan ditandai dengan merosotnya peran Amerika secara total, atau “the declining West”. Yang terjadi adalah munculnya beberapa kekuatan baru dalam bidang-bidang tertentu atau “the emerging rest”. Dunia tidak lagi uni-polar, tetapi multipolar.

Visi dunia yang dibayangkan kalangan Islamis masih “old-fashioned”, alias kuno dan antik, yaitu dunia dengan kekuatan tunggal yang dominan di semua bidang. Kalangan Islamis bermimpi Islam atau “negeri Islam” memerankan kekuatan hegemonik seperti yang diperankan oleh Amerika sekarang. Dengan kata lain, dengan seluruh kebencian mereka terhadap Amerika, mereka sebetulnya “kesengsem” atau jatuh cinta pada peran yang dimainkan Amerika saat ini, dan karena itu mereka bermimpi suatu saat Islam akan menggantikan peran itu.

Saya kira, mimpi seperti itu menjadi tidak relevan dalam jangka panjang. Pertama, mimpi itu sendiri jelas “mimpi”, sebab hingga sekarang kita belum melihat tanda-tanda sedikitpun bahwa negeri-negeri Islam akan menjadi kekuatan baru, entah dalam bidang militer, teknologi, kebudayaan, apalagi ekonomi, terlebih-lebih olah-raga.

Hingga sekarang, negeri seperti Saudi Arabia masih bergelut dengan pertanyaan utama: bolehkah perempuan ikut olah-raga? Dalam Olimpiade Beijing saat ini, kontingen olah-raga Saudi Arabia sama sekali tak menyertakan perempuan. Alasannya jelas karena masalah agama: menurut Islam versi mereka, perempuan tak layak, atau tepatnya diharamkan ikut olah-raga.

Dalam bidang ekonomi, tak ada satu negeri Islampun yang bisa disebut sebagai kekuatan yang signifikan saat ini. Negeri-negeri Arab teluk seluruhnya menggantungkan pertumbuhan ekonominya pada sumber alam, yaitu minyak, bukan karena kerja keras penduduknya sendiri. Secara budaya, kita juga jarang melihat produk-produk budaya “populer” yang meng-global yang berasal dari dunia Islam. Dalam bidang sastra misalnya, karya-karya yang mampu menembus pasar dunia yang muncul dari luar tradisi kesusasteraan Barat umumnya berasal dari para penulis India. Penulis Muslim yang mampu menembus pasar itu adalah Orhan Pamuk yang berasal dari Turki, negeri Muslim yang sekuler yang justru dibenci oleh kalangan Islamis di mana-mana.

Dalam pandangan saya, visi dunia ke depan yang lebih masuk akal dan realistis adalah dunia yang multi-polar, dunia dengan sejumlah kekuatan yang menyebar. Hingga saat ini, Amerika masih menjadi kekuatan utama dalam hampir semua bidang. Tetapi, kekuatan-kekuatan baru mulai pelan-pelan muncul ke permukaan. Dalam jangka panjang, kekuatan-kekuatan baru yang lain tentu akan bermunculan. Setelah Cina dan India, mungkin akan muncul kekuatan-kekuatan lain dari kawasan Amerika Latin. Begitu seterusnya.

Dalam konstelasi dunia yang cenderung multi-polar itu, kita belum belihat negeri-negeri Islam muncul ke permukaan sebagai calon “kekuatan baru”. Jangankan menjadi calon kekuatan “tunggal”, bahkan kekuatan yang setara dengan Cina atau India sekarang pun tidak sama sekali. Oleh karena itu, ramalan kaum Islamis bahwa Islam akan menggantikan komunisme dan kapitalisme sebagai satu-satunya kekuatan baru di panggung dunia hanyalah mimpi yang mendekati “wishful thinking”.

Ada dua tantangan besar yang dihadapi oleh dunia Islam saat ini sebelum berharap menjadi kekuatan atau “kutub” baru dalam konstelasi kekuatan dunia. Pertama di sektor ekonomi. Pelajaran yang bisa kita ambil dari Cina dan India –keduanya saat ini berhasil menjadi contoh kesuksesan baru di bidang ekonomi– adalah keduanya berhasil mengintegrasikan diri dalam pasar global, merebut peluang-peluang baru di sana, tanpa kehilangan kemandirian sebagai suatu entitas politik yang memiliki kepentingan nasionalnya sendiri.

Saya belum melihat model Amerika Latin yang menempuh suatu eksperimen baru melalui apa yang disebut dengan “neo-sosialisme” –model yang beberapa hari lalu dipuji oleh harian Kompas itu– sebagai model yang “workable” dan masih terlalu dini untuk dinilai. Terus terang, saya skeptis dengan model Amerika Latin itu. Sebagaimana diperlihatkan oleh Venezuela melalui figur utamanya Hugo Chavez, model sosialisme (entah lama atau baru) selalu membutuhkan kekuatan negara yang besar untuk mengontrol arah kebijakan ekonomi yang dipaksa mengikuti jalur tertentu.

Dengan kata lain, dalam sosialisme (sekali lagi, entah lama atau baru) selalu ada kecenderungan kepada “planisme” atau peran negara yang besar sekali sebagai “perancang utama”. Kekuatan negara di sini secara empiris tentu diterjemahkan melalui kekuatan yang besar yang diberikan kepada kepala negara. Itulah yang menjelaskan kenapa tahun lalu Hugo Chavez meminta kekuasaan yang lebih besar melalui serangkaian amandemen atas konstitusi. Kekuatan negara yang besar semacam ini, sebagaimana kita ketahui dari pengalaman selama ini, akan berujung kepada hal yang sederhana: korupsi. Petuah lama dalam dunia politik berlaku di sini: power tends to corrupt, absolute power corrupts absolutely!

Contoh yang diperlihatkan oleh Cina dan India sekali lagi memperlihatkan bahwa kedua negara itu sukses sebagai kekuatan ekonomi bukan karena memerankan diri sebagai “trouble maker” dalam pergaulan ekonomi global. Mereka menjadi sahabat yang baik, membuka diri pada pasar global, merebut peluang di sana, seraya tak kehilangan independensi. Dengan kata lain, mereka sukses bukan dengan memusuhi pasar, tetapi justru mengintegrasikan diri di dalamnya. Model Cina dan India patut dipertimbangkan oleh negeri-negeri Islam.

Kepada kaum Islamis yang “sok yakin” dan “ge-er” bahwa Islam akan menjadi kekuatan dunia baru, saya mengatakan: tengoklah India dan Cina itu! Mereka bekerja keras untuk membangun ekonomi, merebut peluang dalam pasar global, bukan mengumbar retorika semata. Jika Islam hendak maju, tiada cara lain kecuali bekerja keras seperti dua negeri tersebut, bukan bekerja keras untuk mendirikan sebuah “khilafah” yang tak jelas juntrungannya itu. Kesampingkan mimpi kalian itu, wahai kaum Islamis! Bangunlah, sebab negeri-negeri lain mencapai kemajuan bukan dengan mimpi semata, tetapi dengan kerja keras.

Tantangan kedua adalah di bidang politik. Dunia Islam cepat atau lambat harus membangun suatu sistem yang demokratis. Sistem otoriter yang sekarang ini ada di hampir semua negeri-negeri Islam menjadi batu sandungan yang amat serius yang merintangi gerak mereka untuk tampil kekuatan yang dipertimbangkan dalam dunia internasional.

Meskipun Cina sukses sebagai kekuatan ekonomi, saya masih menyimpan keragu-raguan, karena negeri itu masih diperintah oleh satu partai, dan karena itu sistem politik mereka masih berwatak otoriter.

Saya sendiri berpandangan bahwa kebebasan ekonomi tak bisa terus-menerus ditegakkan dalam sistem politik yang tak bebas. Kebebasan hanya bisa hidup dalam sebuah sistem politik yang bebas. Oleh karena itu, kapitalisme tidak bisa tidak kecuali hidup dalam sistem demokrasi. Sebab, keduanya mewakili ide dan cita-cita yang sama, yaitu kebebasan. Kapitalisme adalah lambang kebebasan ekonomi, sementara itu demokrasi adalah lambang kebebasan politik. Kedua kebebasan itu seharusnya dilengkapi dengan kebebasan lain di bidang ekpresi budaya. Itulah sebabnya ide tentang multikulturalisme menjadi sangat penting (meskipun ide ini di beberapa negeri Barat mendapat serangan hebat karena menimbulkan sikap-sikap “political correctness” yang cenderung relativis).

Dalam tesis saya, ketiga sistem itu saling sejalan dan “kongruen”. Oleh karena itu, kesuksesan ekonomi di Cina saat ini adalah model yang tak seimbang, karena kebebasan ekonomi tak disertai dengan kebebasan politik. Cepat atau lambat, kebebasan ekonomi yang sekarang diterapkan di tanah Cina akan membawa dampak yang tak terhindarkan, yaitu tuntutan untuk membuka kebebasan di sektor politik. Jika seseorang sudah terpenuhi kebutuhan dasarnya, sudah tentu daftar kebutuhan dia akan bertambah lagi, termasuk kebutuhan untuk memiliki kebebasan di sektor politik.

Seorang teman saya dari Malaysia beberapa tahun lalu bilang bahwa justru karena masyarakat sudah kenyang perutnya, mereka tidak peduli pada hal-hal yang lain; mereka justru menjadi apatis dan apolitis. Perkembangan politik di Malaysia sekarang, saya kira, menolak apa yang ia katakan itu. Setelah Malaysia secara relatif berhasil mencapai kemakmuran, masyarakat di sana mulai menuntut sistem politik yang lebih longgar.

Saya menunggu fase baru di Cina, yaitu geliat demokrasi yang tak bisa dihindarkan justru karena mereka sukses secara ekonomi. Sambil menunggu fase itu, negeri-negeri Islam tetaplah layak menengok Cina sebagai suatu model yang sukses di bidang ekonomi. Tentu bukan model yang ditiru mentah-mentah, tetapi model yang bisa menjadi bahan perbandingan.

Yang jelas, tantangan terbesar umat Islam saat ini adalah kemiskinan. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi menjadi masalah utama yang harus mereka pecahkan. Meminjam istilah yang populer di Amerika, “It’s economy, stupid!”

Penulis adalah pemerhati sosial-keagamaan. Tulisan ini pernah dimuat di Koran Tempo
dikutip dari : http://www.gusmus.net