Mengenai Saya

Foto saya
Jakarta, DKI, Indonesia
Abdullah Hariri (Hamba Allah yang lembut) demikian bapakku berharap seperti apa aku. Kakekku yang bijakpun tak lupa menyertakan harapannya terhadapku dengan menghadiahkan sebuah nama Moenir (yang bersinar terang). Lahir dan besar di tanah pemberani, dibesarkan oleh seorang penjual minyak tanah yang bijak,menjadi piatu sejak usia 2 tahun, namun tak pernah lepas dari kasih sayang orang tua...

26 September 2008

Beginikah wajah Islam?

Bawa pentungan, pedang, berjubah, meneriakkan takbir, itulah yang dilakukan FPI sembari melakukan perusakan terhadap gerobag pedagang kecil di Tasikmalaya beberapa hari lalu. Saudaraku, kita semua tahu bulan ini bulan ramadhan dimana umat Islam diwajibkan untuk berpuasa kecuali bagi yang berhalangan, dan tidak ada kewajiban bagi umat lain untuk berpuasa. Dan seperti kita pahami bahwa negara ini bukanlah negara Islam, kalau kemudian umat Islam yang seharusnya berpuasa, namun mereka tidak berpuasa apakah kesalahannya terletak pada penjual makanan? kenapa kita tidak sibuk mendidik anak-anak generasi muda, generasi muslim kita agar menjadi muslim yang baik dan taat, sehingga di kemudian hari meskipun ada pedagang makanan, akan tetapi jualan mereka tidak akan laku karena semua umat Islam yang tidak berhalangan sedang berpuasa, sehingga dengan sendirinya merekapun tidak akan berdagang pada siang hari bulan ramadhan.

Tidak berapa lama kita melihat pada arena persidangan Rizieq Shihab dan Munarman, Laskar pengawal terdakwa dan Banser pengawal saksi terlibat bentrok, atau dalam bahasa Guntur Romli bukan bentrok tapi penyerangan melihat jumlah yang tidak seimbang. Beberapa korban luka-luka dan dirawat di rumah sakit, hingga mengalami penambalan di sana sini. Toh dengan arogan pihak penyerang masih juga merasa yang paling benar. Bukankah kebenaran itu hanya milik ALLAH?

Saudaraku, antum bilang antum di aniaya, di teror, di adu domba. Akan tetapi berita yang kita lihat di media menunjukkan sebaliknya. Ada wanita yang di pukuli, dijambak diruang sidang, tapi bukan jamaah antum. Ada korban luka-luka berlumuran darah, juga bukan jamaah antum. Ada yang berteriak-teriak sambil melotot di depan kamera ( semoga puasanya diterima meskipun tidak bisa menahan emosi) justru jamaah antum. Ada yang berlari-lari berombongan mengejar mereka yang lebih sedikit, justru jamaah antum.

Begitukah Rasulullah mencontohkan kepada kita? Rasulullah adalah orang yang sudah terbiasa di aniaya, terutama pada awal tahun kenabian oleh kaum musyrikin. Seperti yang antum lakukankah Rasulullah menanggapi hinaan, cercaan, lemparan batu, bahkan lemparan (maaf) kotoran onta, makian, ancaman, teror dan lain sebagainya? Ketika Rasulullah memiliki kekuatan dan senjata, apakah kemudian beliau semena-mena terhadap kaum musrikin dan munafikin yang lebih lemah?

Saudaraku, mungkin antum memang benar di aniaya, di teror, di ancam, diprovokasi, dan lain sebagainya. Mohon jangan menanggapi dengan tindakan memalukan, tindakan yang tidak bisa dikatakan mengangkat citra islam yang sampai tertangkap kamera. Saya yakin antum adalah orang yang beramal berdasarkan ilmu. Saya yakin antum bukan taklid buta terhadap pemimpin anda, karenanya pastilah antum sudah tuntas mempelajar Al-Qur'an dan Hadis, sebelum membaca buku-buku yang menanggapi aliran ini itu, yang mengupas tuntas dengan kacamata hitam tentang si ini si itu. Sehingga dengan kacamata Al-Qur'an dan Hadis yang antum pelajari anda tidak harus menelan tuntas yang anda baca, tapi dengan ilmu, antum bisa membedakan mana yang mendidik, dan mana yang menghasut.

Terus terang saudaraku, saya malu dan tidak tahu harus menjawab apa, ketika ditanya kafir dzimmy, rekan-rekan non muslim. Beginikah Wajah Islam?

20 September 2008

Malam 21

Tak terasa, ramadhan ini sudah menginjak malam ke-21. Ah, nikmat ramadhan memang bener2 membuai. Betapa Allah mencintai kita manusia, sehingga kita diberikan kesempatan untuk menyantap segala macam hidangan ramadhan yang nikmatnya tiada tara. Ada menu tadarus yang jika kita lakukan di bulan ini, sungguh nikmatnya tiada tara, belum lagi puasa, sungguh sangat menyentuh dahaga kita, jiwa kita yang kering selama 11 bulan sebelumnya, yang banyak diisi dengan dengki, hasud, perselisihan, di bulan ini dengan puasa kita menahan segala lapar, haus, dan kebencian, kita belajar rasa ikhlas untuk memberi, kita belajar rasa ikhlas untuk menerima.

Seorang rekan mengirim email kepada saya, bahwa sepanjang hidup kita Tuhan hanya memanggil kita 3 kali yang pertama adalah adzan.....
akan tetapi Tuhan tidak seketika marah ketika kita tidak segera menyahut dengan mengambil wudlu, kita masih menunda untuk meeting, untuk kelarin ini itu, bahkan untuk tidak ngapa2in, atau bahkan kadang2 kita tidak penuhi panggilannya di satu dan lain waktu.

Panggilan yang kedua adalah Haji/Umroh. Kali ini Tuhan benar-benar memanggil, kita yang mendapat panggilannya entah dengan rencana atau tidak, akan datang memenuhinya, ada yang tidak punya uang bisa punya uang, ada yang tidak terencana tiba-tiba berangkat, ada pula yang memang sudah direncanakan dengan seksama.....

Dan panggilan yang ketiga adalah KEMATIAN, saat kita musti mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang kita lakukan di dunia ini.....

disamping ketiga panggilan tadi, Tuhan menyediakan Ramadhan ini sebagai pilihan bagi kita, apakah kita akan mengisi Ramadhan ini untuk mengisi lapar ruhani kita dengan sajian2 ibadah, untuk mengisi dahaga hati kita dengan hidangan2 dzikir, atau kita tidak mengisinya dengan apa2? semua terserah kita.....